Ragam proyek mereka sangat beragam, menyasar berbagai sektor, mulai aplikasi untuk membantu memahami motif batik serta filosofi di balik motif tersebut, termasuk membantu pemasaran Batik di Yogyakarta.
Juga, solusi digital untuk pengaturan peminjaman buku perpustakaan, edukasi pencegahan pelecehan seksual pada anak, hingga penciptaan Gear Virtual & Augmented Reality untuk belajar sejarah di museum.
Vice President Corporate Communication and Sustainability XL, Turina Farouk, mengatakan, proyek mereka harus merupakan solusi atas persoalan masyarakat di sekitarnya.
“Ajang ini memang untuk mengasah kepekaan mereka atas problema yang ada dan sekaligus mencari jalan keluarnya,” kata Turina.
“Sebagai pemimpin, mereka tidak boleh abai dengan kondisi masyarakat. Ilmu dan keahlian yang sudah mereka dapatkan di sekolah, kampus, dan program XL Future Leaders harus bisa diterapkan secara nyata untuk mengabdi pada masyarakat,” tambahnya.
Menurut Turina, hampir seluruh proposal yang diajukan sudah mengacu pada problem sosial yang terjadi nyata di masyarakat. Beberapa sangat khas suatu daerah, namun banyak juga yang umum terjadi di berbagai daerah.
Karena itu, lanjutnya, sebagian besar proyek penciptaan solusi yang sedang dikerjakan oleh peserta sebenarnya sangat sesuai untuk diterapkan dimana saja. Dia menyebut misalnya solusi pencegahan pelecahan seksual, edukasi kerukunan warga lintas agama dan etnis.
Salah satu proyek yang saat ini sedang diselesaikan adalah aplikasi untuk membantu pemasaran Batik. Aplikasi ini memiliki fitur-fitur yang memudahkan wisatawan dalam mendapatkan produk batik di Yogyakarta dan sekitarnya.
Fitur tersebut antara lain peta toko-toko Batik atau tempat di mana wisatawan bisa belanja batik. Ada juga fitur yang menjelaskan ragam aneka motif dan jenis batik.
Selain itu, juga ada ruang percakapan yang bisa dimanfaatkan untuk berkomunikasi secara interaktif antara penjual dan pembeli. Aplikasi ini bisa dikembangkan lebih lanjut untuk saluran belanja batik secara online yang bisa dimanfaatkan oleh para perajin.
Selanjutnya, ada proyek pembuatan aplikasi untuk mempermudah akses ke berbagai e-book di sekolah untuk menunjang kegiatan belajar siswa. Proyek ini bahkan sudah mulai diterapkan di sebuah SMA Negeri di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Aplikasi ini berbasis website yang bisa dijalankan secara offline atau via jaringan intranet. Dengan demikian para siswa tidak memerlukan pulsa untuk bisa mengakses layanan ini melalui smartphone atau laptop-nya.
Sebagai percobaan, proyek yang dikerjakan oleh mahasiswa Kendari ini akan dikembangkan terus hingga setiap kelas di sekolah tersebut bisa mendapatkan akses. Mereka berencana untuk menawarkan aplikasi ini kepada sekolah-sekolah menengah yang ada di kota tersebut.
Dengan aplikasi tersebut akan memaksimalkan bukan saja keberadaan e-book yang telah disediakan oleh pemerintah, namun sekaligus juga memaksimalkan pemanfaatan perangkat smartphone dan komputer jinjing yang dimiliki oleh siswa untuk kegiatan belajar.
Proyek yang memanfaatkan teknologi digital juga dikerjakan oleh para mahasiswa dengan tujuan mempermudah para remaja dan anak-anak dalam mengenal jejak sejarah bangsa Indonesia.
Mereka prihatin dengan fenomena pelecehan nilai-nilai sejarah oleh para remaja di sejumlah tempat yang disinyalir karena kurang paham mengenai sejarah bangsanya sendiri.
Proyek tersebut menghasilkan karya yang cukup kreatif, yang memadukan konten pelajaran sejarah dengan teknologi Virtual & Augmented Reality dan perangkat Gear VR yang sedang menanjak popular di seluruh dunia.
Perangkat tersebut bisa menampilkan obyek-obyek 3D yang ada di museum-museum sejarah, yang kemudian dikemas sebagai materi edukasi. Mereka merancang karya ini yang ditujukan bagi kalangan remaja dan anak-anak, dengan materi edukasi yang disesuaikan dengan usia masing-masing kelompok.
Proyek lain yang sedang dibangun oleh para mahasiswa peserta program XL Future Leaders juga berupa respon atas fenomena sosial terkini. Misalnya, di Bengkulu, mereka berinisiatif melakukan edukasi kepada masyarakat untuk ikut mencegah pelecehan seksual terhadap anak.
Mereka memanfaatkan materi kampanye yang sudah banyak terdapat di jaringan internet, termasuk materi dari instansi terkait. Materi tersebut mereka kemas dalam suatu cerita sehingga mudah untuk dicerna oleh masyarakat awam, termasuk anak-anak muda dan remaja.
Di Medan, Sumatera Utara, para mahasiswa bertekat mengimplementasikan ide untuk melakukan kampanye mendorong kerukunan antar umat beragama dan etnis.
Proyek sosial ini sudah berjalan melalui sosial media Path dan Instagram. Pendekatan melalui media lokal di medan juga telah dilakukan. Juga menggelar diskusi dengan organisasi kemasyarakatan setempat.
Di Surabaya, para mahasiswa membantu anak-anak panti asuhan dalam memasuki dunia kerja. Bekerjasama dengan salah satu operator ojek online yang cukup popular, mereka memberikan kesempatan kepada anak-anak panti asuhan tersebut untuk menyediakan jasa membersihkan rumah.
Satu contoh proyek sosial yang juga menarik ada di Pontianak, di mana para mahasiswa mencoba mengajak para pemulung untuk membangun “bank sampah”.
Program XL Social Innovation Project 2016 diimplementasikan di berbagai daerah di Indonesia, antara lain di Aceh, Padang, Medan, Palembang, Bengkulu, Lampung, Jakarta, Makasar, Kendari, dan Menado. Juga di sejumlah kota yang berada di provinsi Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan.
Mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk merealisasikan rencana proyeknya mulai Mei 2016 dan diharapkan telah selesai pada Oktober 2016. Setelah terwujud, XL mendorong para mahasiswa untuk mewariskan ke masyarakat. Keterlibatan masyarakat adalah kunci dari program ini. Jadi semua inovasi akan dikembalikan kepada masyarakat. (Ganefo)