MEDAN – Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Sumatera Utara (Sumut) Sihar Sitorus merasa miris mendengar masih banyak masyarakat di provinsi ini yang merupakan kaum marjinal. Ia pun bertekad untuk memajukan kehidupan masyarakat agar tidak termarjinalkan.
Hal itu pun sesuai dengan Visi-misi yang diusung Djarot Saiful Hidayat – Sihar Sitorus, pada Pemilihan Gubernur Sumut 2018. Hal itu mereka lakukan agar tak ada lagi warga merasa sebagai anak tiri. Mereka pun akan menjadikan program yang diusung itu harus cepat direalisasikan bila Djarot Saiful Hidayat dan dirinya terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut.
Program itu dibuat berdasarkan keluhan warga yang langsung didengar Sihar saat mengunjungi sejumlah daerah. Seperti di kawasan Hamparan Perak, Kota Sibolga dan Tapanuli Tengah serta sejumlah daerah lainnya. Dimana warga merasa sebagai kaum termarjinalkan, atas dasar tidak meratanya pembangunan yang dirasakan.
“Kunjungan saya dan Mas Djarot ke berbagai daerah di Sumut banyak kami mendengar pernyataan warga yang merasa daerahnya termarjinalkan, merasa dianak tirikan,” aku Sihar di Medan, Senin (2/4).
Sihar, merasa sedih mendengar pernyataan warga tersebut. Dirinya pun tak bisa langsung menyalahkan warga atas rasa dan penilaian tersebut. Mengingat pemikiran tersebut terbentuk atas progres pembangunan yang tidak dirasakan warga. “Warga berpikiran, merasa sebagai kaum marjinal karena mereka merasa terpinggirkan. Tidak merasakan pembangunan yang dibutuhkan mereka di daerahnya. Jadi, tidak bisa disalahkan mereka berpikir demikian,” tuturnya.
Menurut mantan Exco PSSI tersebut, pemerintah memiliki tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) yang tanggungjawabnya bermuara kepada masyarakat. Hal ini pula yang akan dilakukan pasangan calon (Paslon) nomor urut dua yang diusung PDI Perjuangan dan PPP itu. Mereka akan mewujudkan pembangunan yang merata di Sumut. “Tupoksi inilah yang dilaksanakan, direalisasikan sebagai pertanggungjawaban terhadap masyarakat. Masyarakat pasti tahu apa yang dibutuhkan untuk daerah mereka. Tentunya, hal tersebut sebagian besar adalah infrastruktur yang sangat dibutuhkan masyarakat,” akunya.
“Yang dibutuhkan masyarakat itu adalah realisasi dari apa yang sangat dibutuhkan dan itu hak masyarakat untuk mendapatkannya. Dengan filosofi yang kami usung, otak pintar, perut kenyang, dompet berisi dan hati senang, itulah yang diinginkan masyarakat. Didorong dengan apa yang dibutuhkan masyarakat, bukan hal yang tak mungkin Sumut menjadi luar biasa,” yakin pria berkacamata itu.
Sebelumnya, hal ini pun sudah ditegaskan Djarot Saiful Hidayat. Djarot menyatakan itu saat mengunjungi Kota Sibolga dan Tapanuli Tengah beberapa waktu lalu, Djarot menepiskan pandangan yang terbentuk dalam benak warga tersebut dan meminta pernyataan tersebut tak lagi bikatakan. Apalagi, dirinya bersama Sihar bertekad melakukan perubahan dan pembangunan Sumut kedepannya. Dan itu semua mereka lakukan untuk masyarakat Sumut.
“Kami adalah milik warga Sumut tanpa terkecuali. Hingga tidak ada yang merasa anak tiri atau terpinggirkan. Kedatangan kami, kita harus all-out, menang total. Kita tidak bisa bekerja setengah-setengah, harus total. Kedatangan kami berdua untuk mengetuk hati, menentukan pilihan yang terbaik untuk perubahan Sumut ke depan,” pungkasnya. (***)