SURABAYA, Beritalima.com|
Ketua fraksi NasDem DPRD provinsi Jatim Muzammil Safi’i SH MSi mengungkapkan bahwa di tahun 2030-2045, Indonesia mengalami pelonjakan jumlah penduduk usia produktif. Hal inilah yang disebut sebagai bonus demografi. Dengan jumlah penduduk yang membludak tersebut, sedari dini pemerintah sudah mempersiapkan langkah-langkah konkrit untuk menyambut datangnya bonus demografi ini.
Salah satu program gubernur perempuan pertama di provinsi Jatim ini, Khofifah Indar Parawansa mempersiapkan generasi emas di sektor pendidikan. Sebagai penunjang peningkatan skill, Khofifah memberikan bekal vocational school. Baik untuk siswa setingkat SMA maupun SMK.
“Dalam merancang sebuah konsep itu tidak pada hilirnya saja, tetapi juga dari hulu. Saya kira Khofifah sudah mulai meneruskan program dari pakde Karwo. Maksudnya pada sisi pendidikan itu difokuskan kepada personil vocational school, atau sekolah yang berbasis keterampilan. Maka pilihan SMK itu menjadi mutlak,” tegas mantan wakil bupati Pasuruan dua periode tersebut.
Anggota komisi A DPRD provinsi Jatim ini mengatakan bahwa, moratorium pada sekolah SMA-SMA itu karena sudah terlalu banyak sekolah-yang begitu mereka lulus SMA, mereka dipersiapkan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu di bangku universitas.
“Bagaimana anak-anak ini lulus SMA SMK itu sudah bisa mandiri, dan dia bisa kerja untuk diri sendiri, bahkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Memang seharusnya seperti itu di dalam sistem pembelajaran SMA-SMK. SMA-SMK itu perlu diberikan satu kemampuan enterpreneurship bagi semua siswanya. Kita lihat banyaknya anak-anak itu yang lulus tapi mencari pekerjaan, bukan menciptakan pekerjaan,” terang Muzammil.
“Seharusnya system yang dibangun itu, bagaimana membangun kemandirian anak-anak ini untuk bisa menjadi seorang yang mandiri untuk bisa membiayai dirinya sendiri. Bagaimana dia bisa menciptakan lapangan kerja sendiri, bukan pekerjaan yang diciptakan oleh orang lain,” sambungnya.
“Tiga aspek ini saya kira yang harus dilakukan, pada sisi hulunya perlu diciptakan satu lapangan kerja, ini bisa dilakukan dengan menarik investasi dari luar untuk bisa mempekerjakan orang banyak, atau padat karya. Di Indonesia masih banyak penduduk yang membutuhkan pekerjaan. Pemerintah dalam menarik investor harus bisa memberikan peluang pekerjaan berupa padat karya. Yang kedua proyek-proyek pemerintah itu diarahkan kepada penciptaan tenaga- tenaga kerja baru pada proyek, semisal proyek pembangunan jembatan itu semua dipekerjakan, orang-orang yang berada di lokasi yang tidak membutuhkan keterampilan khusus atau kemampuan skill,” lanjutnya.
Muzammil menambahkan, yang berikutnya anak-anak ini yang lulusan SMK yang tidak bisa menciptakan lapangan pekerjaan, bisa menciptakan pekerjaan untuk dirinya sendiri. Misalnya dengan
menjual gorengan, modalnya Rp100.000 dia bisa menghidupi keluarganya.
“Anak-anak bisa menciptakan lapangan kerja sendiri tanpa membutuhkan skill. Saya banyak memberikan modal kepada orang-orang dengan sistem pinjaman. Jadi saya pinjami orang-orang itu Rp 500.000,- agar mereka bisa mendapatkan penghasilan. Tidak usah mengharapkan bantuan pemerintah. Dia harus nyicil 1 bulan itu 10%, yaitu Rp 50.000,- kalau dia mampu mengembalikan dalam waktu yang diperjanjikan dia bisa lunas, maka kita potong 10%. Jadi kita tidak mengambil keuntungan, tapi kita memberikan potongan 10%. Itu uang zakat saya untuk orang-orang yang membutuhkan bantuan pekerjaan. Saya sering jalan-jalan untuk melihat hasil kerja mereka. Saya juga sering membeli apa saja yang mereka jual. Semisal tukang bubur jual bubur seharga Rp 7.000,- saya beli Rp 200.000,-. Kemudian bubur itu saya bagikan kepada orang-orang di sekitar lokasi,” pungkasnya.(Yul)