JAKARTA, beritalima.com– Serentetan musibah menimpa dunia pelayaran Indonesia beberapa pekan belakangan ini. Mulai dari tenggelamnya Kapal Motor (KM) Sinar Bangun padat penumpang di perairan Danau Toba, Sumatera Utara yang menelan cukup banyak korban jiwa sampai kepada kandasnya kapal penyeberangan Lestari Maju di perairan Pulau Selayar, Sulawrsi Selatan awal pekan ini.
Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPR RI yang membidangi transportasi dan infrastruktur, Neng Eem Marhamah Zulfa Hiz mendesak pemerintah segera melakukan audit menyeluruh terhadap alat transportasi laut yang beroperasi di perairan Indonesia.
“Harus ada audit menyeluruh terhadap kelaikan alat transportasi laut harus segera dilakukan. Jangan sampai jatuh korban lagi,” tegas Neng Eem Marhamah Gedung Nusantara I Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (5/7).
Menurut wakil rakyat dari Dapil Provinsi Jawa Barat III (Kabupaten dan Kota Cianjur, Kota Bogor) tersebut, audit menyeluruh penting dilakukan guna meminimalisir insiden kecelakaan transportasi laut yang menelan banyak korban jiwa dan harta benda.
“Jadi, sebagai wakil rakyat, saya prihatin dan duka mendalam atas jatuhnya banyak korban jiwa pada kecelakaan transportasi laut, khususnya penumpang KM Sinar Bangun di Danau Toba, Sumatera Utara, dan KM Lestari Maju di perairan Selayar, Sulawesi Selatan,” kata dia.
Perempuan kelahiran Cianjur, 8 Mei 1979 tersebut menyoroti kelebihan muatan dan banyaknya penumpang KM Sinar Bangun yang tidak tercatat dalam manifes perjalanan kapal sehingga kepastian jumlah penumpang yang hilang hingga saat ini masih tidak jelas.
Sementara penenggelaman KM Lestari Maju yang kabarnya dilakukan secara sengaja oleh nakhoda kapal, kata Neng Eem, masih menyisakan tanda tanya besar apalagi Syahbandar Pelabuhan Bira menyatakan kapal tersebut sudah memenuhi seluruh syarat dalam standar kelayakan beroperasi termasuk keberadaan sarana navigasi dan keselamatan penumpang,
Faktor cuaca memang menjadi salah satu faktor penting dalam kedua musibah ini. Namun, kedua kejadian ini harus dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan pelayanan transportasi laut, danau, dan sungai, di seluruh Indonesia. “Jadi, audit itu harus segera dilakukan, baik itu menyangkut aspek perijinan, aspek keselamatan, maupun aspek keamanan kapal.”
Seperti diberitakan, 18 Juni 2018, KM Sinar Bangun tenggelam dalam pelayaran dari Simanindo, Samosir, menuju Tigaras, Simalungun. Kapal tersebut diperkirakan membawa sekitar 200 penumpang dan puluhan sepeda motor. Kapal dihantam angina kencang dan cuaca buruk sehingga menyebabkan kapal karam di kedalaman 450 meter.
Data Basarnas menyebutkan sebanyak 24 orang telah ditemukan, 21 orang dinyatakan selamat, sedangkan 3 penumpang ditemukan meninggal dunia. Sementara itu ada sekitar 164 orang lainnya yang dinyatakan hilang.
Sedangkan 3 Juli 2018, Kapal Feri Lestari Maju yang melayani jalur penyeberangan antara Pelabuhan Bira, Kabupaten Bulukumba, dengan Pelabuhan Pamatata, Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan, tenggelam. Kapal tersebut membawa 164 penumpang dimana 144 orang tercatat pada manifest kapal sedangkan 20 orang lainnya merupakan penumpang bis.
Kapal juga membawa 14 mobil pribadi, 6 unit bus atau truk, dan 8 unit motor. KM Lestari Maju juga dikabarkan membawa uang tunai sebanyak Rp 30 miliar yang merupakan milik Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sulselbar untuk pembayaran gaji PNS. (akhir)