TORAJA UTARA-www.beritalima.com-Kurang mendapat perhatian dari Dinas Perhubungan soal keberadaan parkiran,hal ini memicu adanya parkiran semrawut hingga salah satu penyebab terjadinya pemandangan macet.
Seperti pemandangan bongkar muat yang terjadi di depan pertokoan kota Rantepao,sejumlah truk dan beberapa kendaraan penumpang menjadikan poros menuju kota Palopo itu layaknya sebuah terminal.
Tentunya pemandangan seperti ini akan terlihat wajah kota Rantepao kelihatan kota yang kumuh dan semrawut,utamanya soal parkiran dan kendaraan penumpang melakukan bongkar muat pada poros itu layaknya sebuah terminal,anehnya,justru kesannya Pemerintah bermasa bodoh,terlebih Dinas yang membidangi soal itu,kurang merespon apa yang menjadi keluhan warga Rantepao untuk mendapat perhatian yang serius dari pihak Pemerintah.
Seperti ungkapan sikap kritis yang dilontarkan oleh warga Rantepao,orang Toraja namun mereka menetap di Surabaya yang mengaku ternama Anis (42),saat berlibur di Kampung halamannya Sa’dan,mengungkapkan,kota Rantepao kotanya kecil tapi makin hari mereka terlihat semakin semrawut dan kurang tertata.
Anis kembali menegaskan,mestinya yang menjadi perhatian Pemerintah harusnya,setelah Rantepao menjadi Ibu Kota Kabupaten mestinya dipercantik,baik dari tata kota,tata ruang termasuk trotoar dan drainasenya di perindah sebagai kota yang menyandang predikat daerah destinasi tujuan wisata Dunia.
“Kalau Rantepao kotanya saja semrawut,gimana bisa menyandang predikat sebagai daerah destinasi tujuan Pariwisata,mbok…yang benar saja,ini kita lagi terjebak macet,Rantepao kok suasana kaya Jakarta macet segala,”terang Anis,kepada awak media ini,Selasa (4/1),saat mau mengunjungi ke objek wisata Negeri Diatas Awan.
Pemerintah sudah harus mencari win-win solusi,kendaraan tiap tahun bertambah namun infrastruktur jalan dari Bupati satu ke Bupati yang lain masih jalan itu-itu saja tidak ada perubahan.Pemerintah harus rencanakan jalan lingkar guna menjadi jalan alternatif untuk mengurangi macet ketika keadaan ramai saat seperti pada bulan Desember.(Gede Siwa)