BANGKALAN, Beritalima.com – Keluhan Pengrajin Batik Tanjung Bumi akan Minimnya perhatian Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bangkalan kepada Kesejahteraan Pengrajin Batik rumahan.
Pengrajin batik asal Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan Provinsi Jawa Timur yang mengungkapkan, bahwa untuk menjadi seorang pengrajin batik yang hasil karyanya dibanggakan hingga dunia, harus rela membuka warung disekitar tempat wisata untuk bisa menyambung hidup, karena upah membatik sangatlah kecil dan tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Mendengar hal demikian, Makmun Imron Sekretaris LSM Pemuda LIRA Bangkalan, merasa geli dengan apa yang dilakukan oleh Pemda Kabupaten Bangkalan.
Menurutnya, jika seorang pengrajin batik hanya bergantung pada pemilik modal atau pemilik Butik saja, maka sirkulasi Kesejahteraan akan stagnunt seperti sekarang ini dan Pemda Kabupaten Bangkalan sah-sah saja jika 2020 nanti berfokus pada pembinaan Koperasi Pesantren (Kapotren).
“Namanya juga buruh, tidak mungkin Pemerintah memberi insentif untuk pembatik, itu kan lucu,” ungkapnya (17/12/19)
Lanjutnya, bahwa Kabupaten Bangkalan kaya akan potensi lokal, seharuskan Kabupaten yang dikenal dengan kota Dzikir dan Sholawat ini ada integrasi yang mampu mengangkat dan memfasilitasi kearifan lokal wisata yang ada di Kabupaten Bangkalan lebih khusus untuk pengrajin batik,
“Di kecamatan Sepuluh punya wisata mangrove, ini harus dibudidayakan dan ini harus diintegrasikan dengan Batik Tanjung Bumi sebagai Kecamatan yang dikenal dengan Kawasan Batiknya, dengan demikian Batik bisa dikenal,” Paparnya
Ditempat berbeda, Gozali Ketua Umum Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Peduli Jawa Timur (APMP JATIM) Mengatakan Batik adalah potensi dari Kabupaten Bangkalan dan itu sudah jelas terkorelasi dengan Tagline Bupati saat ini yaitu Bangkalan Sejahtera, religius membagun Ekonomi berbasis potensi Lokal.
“beliau harus memikirkan tentang bagaimana Menyediakan wadah untuk mensejahterakan Pengrajin batik,” ungkapnya.(18/12/19)
Lanjutnya, Bupati Kabupaten Bangkalan Harus juga memikirkan bagaimana Masyarakat membantu Batik menjadi simbol kebangkitan ekonomi berbasis potensi lokal, tidak hanya melakukan tindakan Promontif saja dengan mengunakan Batik.
“Misal, dengan adanya 273 BUMDES di Kabupaten bangkalan membidik pengrajin batik dan sertakan modal dari APBDES,” ucapnya
Dia juga mengungkapkan, apabila semua stake holder berani dan fokus, maka Tagline Bangkalan Sejahtera, Religius membangun ekonomi berbasis potensi lokal tidak hanya berhenti dibibir saja, apalagi Bupati saat ini terbilang muda, seharusnya peka akan lambannya pertumbuhan ekonomi dibawah.
“Ekonomi dibawah akan tumbuh pesat dan akan meningkatkan PADes,” tutupnya. (Iqbal Z)