Peringati Bulan Kemerdekaan RI, Wagub Emil Napak Tilas Perjuangan Sang Kakek di Balikpapan

  • Whatsapp

Balikpapan, beritalima.com – Bulan Agustus menjadi momen yang tepat untuk mengenang jasa para pejuang bangsa. Sehubungan dengan itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengunjungi sekaligus napak tilas monumen Wiluyo Puspoyudo di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur pada Selasa (9/8). Sosok yang dulu turut andil dalam peristiwa bersejarah Indonesia ini diketahui merupakan kakek sang Wagub Jatim.

Nama sosoknya diabadikan menjadi monumen sekaligus sebuah taman kecil tepat di jalan dengan nama yang sama, yaitu Jalan Wiluyo Puspoyudo. Di seberangnya, terdapat rumah dinas Walikota Balikpapan.

Menurut Emil, lokasi tersebut dahulu merupakan tempat tinggal sang kakek selama bertugas di Balikpapan.

“Bulan Agustus ini adalah Bulan Kemerdekaan Indonesia. Ini waktu yang tepat bagi kita untuk mengenang perjuangan para pejuang bangsa dalam kemerdekaan dan pembangunan negeri ini,” ugkap Emil saat berada di Monumen dan Taman Wiluyo Puspoyudo, Kota Balikpapan, Selasa (9/8).

Menurut penuturan Emil, sang kakek Wiluyo Puspoyudo dulu merupakan perwira militer pertama yang mendarat di Kota Balikpapan semasa perang kemerdekaan. Serta memiliki andil dalam menggagalkan pembantaian yang direncanakan oleh Belanda di Kaltim ketika menjabat menjadi Komandan Brigade E di Kaltim sejak 1945.

Selain itu, Emil menambahkan, sang kakek juga merupakan pendiri dan gubernur pertama Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas). Pasca kemerdekaan, ia menjadi ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) di tahun 1966 ketika ketuanya Chaerul Saleh ditangkap.

“Jadi kakek saya ini dikabarkan bernegosiasi dengan Belanda yang merencanakan adanya pembantaian pribumi di Kalimantan Timur. Dan semasa Chaerul Saleh ditangkap di tahun 1966 beliau menggantikan sebagai ketua,” sebutnya.

“Nah, saya dapat kabar bahwa nama beliau diabadikan sebagai monumen, nama jalan, dan taman untuk mengenqng perjuangannya,” Emil menambahkan.

Sambil dengan khidmat mengingat kisah perjuangan sang kakek, Mantan Bupati Trenggalek itu pun menjelaskan, bahwa meski dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata sang kakek belum merupakan pahlawan nasional.

Ia pun melanjutkan, ini sebab mencanangkan tokoh sebagai pahlawan nasional memerlukan kajian akademis dan historis yang mendalam.

“Tapi belum menjadi pahlawan nasional, karena itu perlu kajian akademis dan historis yang mumpuni. Jejak penguatannya serta pandangan dari tokoh setempat dan arsip harus dikaji,” papar Emil.

Pada taman kecil di tengah kota itu, terdapat sebuah monumen tugu dengan kursi-kursi dan gazebo untuk bersantai. Didampingi Kapolres Balikpapan Kombes Pol. Thirdy Hadmiarso, sang Wagub Jatim rehat sejenak di bawah gazebo menikmati angin sore dan berbincang dengan beberapa pengunjung yang rupanya merupakan warga asli Jawa Timur.

Keesokan paginya, kepada Rektor Universitas Mulawarman Samarina Prof. Masjaya, Emil menceritakan pengalamannya melakukan napak tilas jejak kakeknya itu. Emil berharap, agar di bulan Kemerdekaan ini banyak pemuda dapat menghayati dan menghargai perjuangan leluhur bangsanya.

“Saya menghadiri Kalimantan Timur ini untuk napak tilas perjuangan kakek saya yang dahulu bertugas di Balikpapan. Alangkah baiknya jika perjuangan leluhur bangsa ini bisa dihayati bersama terutama oleh pemuda,” ungkapnya di kediaman Rektor Universitas Mulawarman, Samarinda, pada Rabu (10/8).

Emil juga mengatakan, bahwa sosok sang kakek di Kalimantan Timur ini juga menyiratkan hubungan yang telah terjalin lama antara pulau Kalimantan dan pulau Jawa.

Selaku Wagub Jatim, ia berharap agar hubungan Kaltim dan Jatim dapat terjalin kian kuat dengan adanya Ibu Kota Negara (IKN) di Kaltim. Salah satunya dalam roda dan pola ekonomi.

“Kita berharap dengan IKN di Kaltim, Jatim bisa berperan dalam roda ekonomi dan pastinya ada pola ekonomi,” tegas Emil.

“Ini sangat menarik untuk bisa dibangun karena kedekatan geografis dan strukturalnya. Kita bisa mengeksplor bagaimana relasi Jatim dan Kaltim pasca IKN, juga strategi ekonomi apa yang bisa kita ambil,” pungkasnya.

Sejalan dengan Emil, Prof. Masjaya sebagai Rektor Universitas Mulawarman Samarinda tertarik untuk melakukan kajian akademis dan historis di universitasnya. Apalagi, Universitas Mulawarman sendiri juga memiliki prodi sejarah. Ini menjadi kesempatan baik bagi para civitas akademik untuk menggali lebih dalam sejarah Kalimantan Timur.

Ia pun setuju, bahwa kedepannya seiring pembangunan IKN banyak strategi kolaborasi ekonomi yang dapat dijalin antara Jatim san Kaltim.

“Betul memang jika pemberian gelar Pahlawan Nasional memerlukan kajian akademis dsn historis. Kami punya prodi sejarah dan itu bisa menjadi salah satu penelitian kami. Lalu terkait IKN, akan kami komunikasikan strategi ekonomi apa saja yang bisa kamu lalukan. Terutama terkait relasi dengan Jatim dan pengembangan akses dari Balikpapan ke Samarinda,” paparnya.
(red)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait