KUPANG, beritalima.com – Budidaya rumput laut oleh masyarakat Desa Tablolong Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur dirasa memiliki potensi yang besar untuk dijadikan salah satu sumber penghasilan mereka.
Di mana masyarakat Tablolong sudah membudidayakan tanaman ini sejak tahun 1999, sesuai dengan program yang dicanangkan oleh Ibrahim Agustinus Medah yang saat itu masih menjabat Bupati Kupang.
“ Waktu itu, Pak Medah turun langsung ke lokasi bersama dengan pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kupang untuk bisa membuktikan bahwa laut ini mempunyai potensi,” kata Sakarias Doro ketika ditemui wartawan media ini di Tablolong, Kamis (13/4/2017) siang.
Mantan Kepala Desa Tablolong dua periode ini mengatakan, hingga saat ini luas areal budidaya rumput laut sudah mencapai kurang lebih 300 Ha dibagi menjadi 15 kelompok dari jumlah petani yang ada di Tablolong.
Di mana saat ini ada tiga jenis rumput laut yang dibudidayakan, yaitu rumput laut warna hijau (Eucheuma cottoni), rumput laut coklat dan merah. Sebelumnya, masyarakat di daerah itu mata pencaharian utamanya adalah nelayan tangkap.
Pada kesempatan itu, kami bersama Sakrarias Doro dan beberapa anggota kelompoknya terjun langsung ke lokasi hamparan budidaya rumput laut dengan menggunakan sampan yang jaraknya sekitar kurang lebih 300 meter dari bibir pantai.
Pantaun wartawan media ini, budidaya rumput secara umum dilakukan dengan metode long line atau tali apung. Metode longline adalah metode budidaya dengan menggunakan tali panjang yang dibentangkan.
Di mana tali sepanjang 50 – 100 meter yang pada kedua ujungnya diberi jangkar dan pelampung besar. Pada setiap jarak lima meter diberi pelampung berupa botol kosong bekas air mineral dalam kemasan 600 ml.
Dikatakan Sakarias, pada tahun 2008 hingga 2009 produksi rumput laut secara keseluruhan di Desa Tablolong mencapai kurang lebih 500 ton dengan harga Rp 22.000 per kilogram. “ Waktu itu saya masih menjabat kepala desa, sehingga saya katakan bahwa di Desa Tablolong tidak perlu diberikan bantuan Raskin”, katanya.
Namun dalam dua tahun terakhir ini, kata Sakarias, harga rumput laut anjlok, yaitu dari harga Rp 16.000 menjadi Rp 8.000 per kilogram, bahkan pernah turun harga dari Rp 8.000 menjadi Rp 1.000 per kilogram. Tapi ini untuk tahun ini harga rumput sudah mulai normal, yakni 10.000 per kilogram.
Meskipun produksi rumput laut ini fluktuatif, tetapi tidak menurunkan semangat masyarakat setempat untuk terus melakukan pengembangan luas areal rumput laut. Apalagi saat ini sementara dibangun pabrik rumput laut.
Untuk sementara ini, hasil panen komoditas rumput laut itu dijual kepada beberapa pengusaha di Kupang, selanjutnya di ekspor ke Surabaya. “ Mudah – mudahan dengan dibangunnya pabrik di Tablolong nanti harga rumput laut kembali normal”, harap Sakarias.
Ia juga berharap kepada Senator Ibrahim Agustinus Medah yang juga Calon Cubernur NTT membantu bibit rumput laut kepada petani yang ada di desaTablolong. “ Dengan potensi pengembangan budidaya rumput laut di Tablolong ini, kami membutuhkan bibit kurang lebih 100 ton”, kata Sakarias menambahkan.
Selama ini, Pemerintah Kabupaten Kupang melalui Dinas Kelautan dan Perikanan pernah membantu sarana seperti tali, mapun sarana lainnya. (L. Ng. Mbuhang)