SURABAYA, Beritalima.com |
Perkembangan laju penambahan orang terpapar Covid-19 sungguh memprihatinkan. Penerapan PSBB dan protokol kesehatan selama ini berlangsung tidak efektif. Tidak disiplinnya masyarakat dan longgarnya aturan menunjukkan kelemahan ikhtiar pencegahan covid-19.
Selama ini, para petugas lapangan (polisi, satpol, relawan dll) telah bekerja keras menghadapi masyarakat (situasi sosial yang rumit) dan tenaga medis telah habis-habisan bertarung menangangani pasien. Tetapi akan sia-sia apa yang petugas lapangan dan petugas medis lakukan, jika kebijakan PSBB dan protokol kesehatan tidak dijalankan secara komprehensif
Mengapa ini terjadi?
Karena selama ini kebijakan penanganan kurang memperhatikan prinsip sains (ilmu pengetahuan). Bukan saja ilmu kesehatan, tetapi juga ilmu pengetahuan lainnya seperti ismu sosial, ilmu hukum, psikologi dan lain-lain. Pendek kata, kebijakan ini kurang menyertakan dasar ilmiah yang memadai.
Kalangan sains dan ilmuwan tidak dilibatkan secara penuh. Demikian juga, aktivis sosial yang punya pengalaman dalam menangani problem sosial tidak dilibatkan. Pemerintah cenderung sibuk dengan problem administratif, dan berselebrasi. Kebingungan mencari “permisif” dan mencari pembenar secara sepihak.
Kita semua harus belajar dan mengevaluasi bersama atas ketidak-efektifan penerapan kebijakan PSBB di berbagai daerah dan penerapan protokol kesehatan. Kita tak perlu malu untuk memperbaiki.
Karena itu jika kondisi mau cepat membaik, maka perlu pelibatan sungguh-sungguh elemen di luar pemerintahan. Demikian juga, kalangan politisi mestinya juga diminta memberi masukan berdasarkan aspirasi masyarakat.
Jika pendekatan penanganan PSBB dan protokol kesehatan ini tak segera dirubah, maka bisa diperkirakan hasilnya tak maksimal.
Surabaya, 25 Mei 2020
Suko Widodo dosen FISIP UNAIR