Beritalima.com ( Ketua Sahabat Mualem Aceh Besar, Banda Aceh, Amiruddin mengecam pernyataan kontroversial yang dilontarkan Calon Gubernur Aceh Bustami Hamzah, paslon nomor urut 01, dalam debat ke 3 Pemilihan Gubernur Aceh 2024. Dalam pernyataannya, Bustami sempat mengatakan ke tim pasangan nomor urut 02 “tidak sekolah,” yang memicu reaksi keras dari berbagai pihak.
Pernyataan tersebut saat Ricuh pada Acara debat ke 3 Gegara Bustami memakai Alat Elektronik di kerah baju sebelah kiri, padahal KIP sudah memberikan sinyal selain alat yang di sediakan oleh KIP tidak boleh dipakai oleh Paslon saat debat berlangsung.
Kata kata yang di lontarkan itu sangat tidak pantas, terutama dalam konteks pesta demokrasi yang seharusnya berlangsung dengan damai dan penuh rasa hormat.
“Hati-hati dalam mengeluarkan kata-kata kepada orang lain. Orang yang disebut tidak sekolah itu diakui oleh berbagai negara, bahkan juga oleh Indonesia sendiri,” tegas Amiruddin saat diwawancarai media ini.
Ia juga mengingatkan pepatah yang mengatakan bahwa kata-kata adalah doa. “Seharusnya kita lebih bijak dalam berbicara, apalagi saat menjadi sorotan publik,” tambahnya. Amiruddin menyayangkan pernyataan Bustami yang dinilai tidak mencerminkan seorang tokoh yang pernah memiliki pengalaman memimpin.
“Bustami itu sebenarnya orang yang pandai. Dia pernah menjabat dan mengatur keuangan Aceh, Pj Gubernur yang direstui oleh Muzakkir Manaf. Namun, kini sepertinya dia lupa dengan nilai-nilai yang pernah dia jalankan saat menjabat,” ujar Amiruddin ,” 22-11-2024 malam.
Menurutnya, pernyataan tersebut seperti dirancang untuk menyinggung lawan politik. “Sebagai rakyat biasa, saya melihat kata-kata itu seolah sudah dikondisikan. Ini seharusnya pesta rakyat, bukan tempat untuk membuat kegaduhan,”
“Juga menekankan pentingnya menjaga keharmonisan selama masa pemilu. “Masyarakat Aceh kini sudah cerdas dan mampu menilai kedua paslon secara objektif. Mereka tahu siapa yang benar-benar berpendidikan dan siapa yang tidak,” tambahnya.
Lebih lanjut, perilaku yang memicu konflik dalam debat Pilgub yang ke 3. “Jangan buat kegaduhan. Pemilu ini bukan pesta pernikahan, tetapi pesta demokrasi rakyat,” ujarnya dengan nada tegas.
Ia juga menyebut bahwa pendidikan saat ini mudah diakses jika seseorang memiliki uang. Namun, pengalaman dan integritas tidak bisa dibeli. “Kalau kita dengar kata-kata yang dilontarkan, itu justru menunjukkan ketidakmatangan dan kurangnya pengalaman,” ungkapnya.
Dia mengingatkan bahwa banyak mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang memiliki pendidikan tinggi dan pengalaman internasional. “Mereka bahkan bisa keluar masuk Gedung PBB dan berhadapan dengan orang-orang Eropa. Jadi, tidak benar jika ada anggapan mereka tidak sekolah,” tandasnya.
Ia berharap semua kandidat lebih berhati-hati dalam berbicara dan menjaga suasana damai selama masa pemilu. “Mari kita jadikan pemilu ini sebagai ajang persaingan sehat, bukan tempat untuk menjatuhkan lawan dengan kata-kata yang tidak pantas,” pungkas Amiruddin.
Masyarakat diharapkan tetap menjaga suasana kondusif dan tidak mudah terpancing dengan pernyataan-pernyataan provokatif yang dapat merusak pesta demokrasi.”(**)