Karena tidak jadi dilakukan penyerangan dalam perjalanan pulang tepatnya di suatu tempat yang sekarang disebut dengan nama dusun Jepit berpapasan dengan tentara Belanda dari arah utara, sehingga terjadilah pertempuran hebat dan mengakibatkan meninggalnya salah satu bagian Palang Merah karena tertembak. Sehingga sampai sekarang nama Sanusi diabadikan dengan dibuatnya tugu pahlawan di dusun Sumberwadung tempat di mana Sanusi menghembuskan nafas terakhir sebagai bunga bangsa.
S. Suharto yang pada masa itu tergabung dalam kesatuan pasukan 510 Banyuwangi dibawah komando Kapten Broto itu, mengaku pernah dikirim bertempur ke Surabaya dengan pasukan sebanyak 500 orang menaiki Kereta Api. Sebanarnya banyak sekali suka duka masa perjuangan yang beliau ceritakan. Sayangnya jasa perjuangan S. Suharto yang yang kini sudah tua renta itu tidak mendapatkan perhatian dari Pemerintah.
S. Suharto mengaku pernah mengurus keanggotaan viteran namun dikibuli temannya sampai menghabiskan 2 ( ekor ) lembu tidak ada kejelasannya. dalam keluh kesahnya tidak menyesal walau tidak ada perhatian dari pemerintah dengan status viteran. ” Kulo mboten nopo – nopo mboten nerami perhargaan, sing penting kulo bonggo saget tumut berjuang niku mawon ” ( saya tidak apa -apa tidak menerima penghargaan dari pemerintah, yang penting saya merasa bangga bisa ikut berjuang ), tuturnya dengan nada lirih dan tertatih – tatih. (Abi)