JAKARTA, Beritalima.com– Siapa sih yang tidak mengenal keris? Senjata tradisional Indonesia ini dikenal sarat nilai makna. Bahkan, sebagian keris memiliki falsafah tersendiri. Tidak heran jika Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti dibuat jatuh hati.
Ada sejumlah alasan yang membuat LaNyalla begitu tertarik kepada keris, diantaranya serat-serat lapisan logam cerah pada helai logam atau yang dikenal sebagai pamor dalam sebilah keris banyak menyimpan estetika tinggi. Ketertarikan ini yang kemudian menjadikan LaNyalla sebagai kolektor keris.
LaNyalla sudah mengoleksi keris sejak 1999. Ia memaknai benda warisan budaya itu sebagai falsafah hidup. Ada banyak perjalanan yang ditempuh untuk bisa membuat keris. “Campuran batu meteorit dari langit, ditempa dengan pukulan dan panas api, gambaran parjalanan hidup manusia ke tujuan paripurna. Seperti itu juga perjalanan hidup saya,” ungkap LaNyalla, Sabtu (24/4).
Keris memiliki keunikan tersendiri bagi para kolektor. Menurut LaNyalla, setiap pamor punya filosofi beragam tergantung bentuk. “Saya mengambil pamor positif dari setiap koleksi keris. Pamor positif yang saya maknai adalah agar bisa lebih tangguh menjadi seorang pemimpin,” tutur Senator Jawa Timur itu.
Lebih dari 3.000 keris sudah dimiliki LaNyalla dan tersimpan rapi di kediamannya di Surabaya, Jawa Timur. Dari 3.000 keris, sekitar 300-an keris tergolong sebagai keris pusaka.
Koleksi keris pusaka LaNyalla tak main-main. Mayoritas merupakan pusaka sejak zaman Kerajaan Majapahit yang usianya mencapai 800 tahun. Namun, ia juga memiliki keris era Kerajaan Mataram dan Singasari.
“Paling muda Mataram, usianya 300 tahun,” ungkap dia.
Kecintaan LaNyalla pada keris terjadi saat ia berusia 40 tahun. Ia memulai perjalanan panjang keliling Indonesia untuk mendapatkan keris dari berbagai wilayah di nusantara, hingga saat ini. Para kolektor memahami tidak mudah mendapatkan keris bernilai tinggi, apalagi keris-keris pusaka. Itu lantaran tidak sembarang orang bisa memilikinya
Mengumpulkan keris dijadikan salah satu perjalanan spiritual LaNyalla. Bahkan ia harus menjalankan Puasa Sunnah Daud agar sisi spiritualnya mampu menjaga keris itu berfungsi semestinya dan tak disalahgunakan. “Sejak saya Puasa Daud baru dia nempel. Kadang keris datang sendiri, melalui orang yang kasih ke saya ada orang nawarin,” kata LaNyalla.
Meski begitu, LaNyalla tidak mau menempatkan keris sebagai benda yang harus diagungkan. Dia murni mengumpulkan keris sebagai bentuk cita rasa seni dan caranya untuk menjaga warisan budaya tanah air.
“Banyak yang memposisikan keris dalam kehidupan, itu bisa musyrik. Jangan seperti itu. Karena ada orang pegang keris, kalau nggak bisa menata diri bisa menjadi musyrik. Makanya kita harus bisa menata diri,” papar pria kelahiran 10 Mei 1959 tersebut.
Seni dan spiritual terkadang memang bisa melebur menjadi estetika bagi para pecintanya. Namun, jangan sampai nilai budaya menggoyahkan sisi keagamaan seseorang. “Harus bisa membedakan hak dan batil, ini bener atau musyrik, di situ bedanya. Ini semua sebagai alat, alat penghantar, bukan karena dia. Dia hanya menghantarkan,” jelas LaNyalla.
Atas kiprahnya menjaga warisan budaya, LaNyalla beberapa kali mendapat penghargaan. Bahkan LaNyalla dua kali mendapat gelar kehormatan dari Keraton Surakarta. Pada 2003, LaNyalla mendapat gelar Kanjeng Raden Haryo Tumenggung (KRHT). Lalu 2020, Keraton Surakarta memberikan gelar kehormatan untuk LaNyalla dengan nama Pangeran Hardonagoro.
Gelar dan nama Pangeran Hardonagoro diberikan Keraton Surakarta untuk LaNyalla sebagai apresiasi, karena melestarikan salah satu kebudayaan Jawa dengan mengoleksi dan merawat ribuan keris. Keraton Surakarta menilai, sebagai pelestari keris pusaka, dia layak mendapat penghargaan itu.
“Kepedulian terhadap benda-benda pusaka itu penting. Kita harus memelihara dan menjaga keris sebagai warisan budaya, apalagi keris sudah diakui Unesco sebagai warisan budaya Indonesia sejak tahun 2005,” papar dia.
“Keris menjadi bagian dari identitas Indonesia, khususnya Jawa dan tentunya menjadi kekayaan budaya Nusantara. Kita harus jaga betul, sehingga kelak anak cucu kita dapat membanggakan warisan budaya tersebut,” sambung LaNyalla.
Kiprah LaNyalla di dunia perkerisan tidak sedikit. Tak jarang ia menghelat dan memberikan dukungan untuk berbagai acara perkerisan, termasuk pameran. Dia juga sering menjaring aspirasi insan perkerisan Indonesia. Dia kerap memfasilitasi aspirasi itu untuk disampaikan ke pemerintah, baik di tingkat daerah maupun nasional.
“Kita harus dukung para insan perkerisan nasional. Mereka menyampaikan aspirasi agar keris buatan para penerus Mpu bisa digunakan untuk cendera mata resmi dari Presiden kepada tamu negara. Kita akan teruskan harapan mereka,” ujar dia.
LaNyalla selalu memberikan dukungan kepada para perajin keris sebagai generasi penerus para Mpu. Ia mendukung terus dipeliharanya warisan budaya oleh generasi milenial.
“Keris bukan cuma diminati oleh warga sendiri. Banyak kolektor dari luar negeri yang juga berburu keris, dan ini harus dimanfaatkan oleh pengrajin keris sehingga bisa menambah nilai dari budaya kita. Maka saya berpesan, generasi muda juga harus peduli dengan keris sebagai warisan budaya Indonesia,” demikian AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. (akhir)