Sang Wayang Telah Tumbang, Si Dalang Tunggu Waktu Terjengkang

  • Whatsapp

Oleh:
Rudi S Kamri

Semalam saat mata lelah ini sudah mulai lelah, ada text whatsapp masuk:
“Fixed dikandangin, menurut Mas akan ada perlawanan, gak?”
Saya jawab, pasti akan ada perlawanan, tapi tak seberapa. Hanya letupan kecil dari kaum kroco yang otaknya sudah kena rinso atau nyinyiran comberan beberapa politisi Gerindra dan PKS yang sedang cari panggung boneka.

“Saran Mas selanjutnya?”

Menurut saya, tantangan di depan adalah perang narasi di media yang ditembakkan oleh penasehat hukum FPI dan tokoh penting mereka serta dibantu politisi muka bayi FZ dan beberapa yang lain untuk menyerang negara via Polri. Jadi Polri harus siapkan strategi komunikasi publik yang keras, tegas dan terukur. Saran saya, gunakan strategi komunikasi: “pertahanan terbaik adalah menyerang”, untuk melibas mereka. Jangan gunakan strategi pemadam kebakaran. Negara harus menciptakan narasi trending yang mau tidak mau harus mereka tanding.

Usai text-ing seperti itu lalu saya tertidur lelap. Nyenyak sekali. Saya bermimpi berjalan berdua, bercengkerama bahagia dengan bidadari hatiku. Asli bidadari dunia, bukan bidadari surga. Begitu terbangun, melihat berita dan foto di media, kembali membuat saya bernafas lega.

Satu babak telah bermula…

Sang wayang pun sudah tumbang, lima punakawan yang lain pasti dengan mudah digelandang. Kini tinggal merapikan jalan agar kejaksaan dan pengadilan tetap bisa jadi harapan. Jangan lagi upaya dan hasil keras kepolisian dimentahkan oleh Jaksa dan Hakim yang bermental tidak sepenuhnya merah putih. Ini tantangan. Dan kita sebagai rakyat harus tetap waspada, jangan sampai tangan jail Sang Dalang mengoyak keadilan dengan gelontoran dana dan janji surga fatamorgana.

Kini perhatian kita harus konsentrasi pada rencana aksi berikutnya dari Sang Dalang yang lagi kebingungan. Plan A mereka sudah terpatahkan. Tapi ingat, mereka masih menyimpan sejuta Plan yang akan mereka ledakkan. Untuk mengatasi ulah Sang Dalang, sudah bukan ranah dan tugas Polda Metro Jaya atau Pangdam Jaya lagi. Tapi harus ditarik ke atas dengan strategi politik dan susupan intelijen yang sistematis dan masif. Karena yang kita hadapi adalah kaum licik pandai yang paham betul semua lini kekuasaan, karena mereka pernah duduk lama di sana.

Panglima perang politik tingkat tinggi ini harus figur yang biasa bekerja dengan orientasi hasil serta selalu bekerja dalam gelap dan senyap, bukan pejabat negara yang ‘banci media’ dan nyerocos tanpa saringan tak kedap.

Dan kriteria itu sudah pasti bukan ada dalam figur Mahfud MD !!!

Satu wayang telah tumbang, wayang lain menyusul kemudian. Sang Dalang meskipun saat ini sedang meradang berang, diapun akan jatuh telentang. Tinggal tunggu giliran. Pada akhirnya, siapapun tidak akan mampu melawan kebenaran.

Layar babak berikutnya mulai terbuka….
Kita tunggu saja akhir ceritanya.

Salam SATU Indonesia
13122020

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait