Malang, beritalima.com| Di tengah pandemi covid 19 yang berkepanjangan membuat masyarakat dituntut lebih berkreatifitas. Bahkan pamdemi Covid-19 ternyata bisa menjadi sumber inspirasi untuk membuat karya seni, seperti film. Dalam kondisi ini, pekerja seni diuji agar bisa menggabungkan kreativitas dan keselamatan berkarya.
Didukung dengan kemajuan teknologi saat ini yang semakin mempermudah orang untuk lebih kreatif membuat film terutama film pendek melalui YouTube, yang isi pesannya membangun karakter bangsa. Apalagi saat ini aplikasi Youtube banyak digandrungi para pemuda milenial.
Berawal dari situ, Sinema Budaya Nusantara (SBN) saat ini sedang menggarap film pendek berbahasa Malangan. Sudah ada beberapa film yang saat ini sudah digarap oleh Sinema Budaya Nusantara dengan menyuguhkan beberapa episode.
“Salah satunya adalah Film Pendek Koncoku Dulurku yang sudah digarap 3 episode. Rencananya nanti sampai 15 episode dan dalam konsepnya kita membawa budaya Malang,” ungkap Agustinus Tedja Bawana Penasehat Sinema Budaya Nusantara (SBN) saat acara diskusi Seputar Film Pendek bersama Senior FILMMAKER and DOP di RM Kartanegara, Kamis 17/12.
Menurutnya di dalam film tersebut banyak tokoh tokoh yang dimunculkan diantaranya Eyang Djati Kusumo budayawan Malang, dan digarap oleh artis senior diantaranya Budhi Wibawa Dosen Perfilmman IKJ, Achmad Syaiful Senior DOP, Bang Ade Sabana, Harry Soeharyadi sebagai Sutradara, Kelvin Nugroho Editor, Yussy Poerwati Pemeran Film Cut Nyak Din.
“Malang punya segudang cerita budaya yang harus dikenal dan diketahui oleh generasi penerus. Kita tidak boleh biarkan anak-anak buta akan budaya. Oleh karena itu, SBN harus mengacu kepada spirit yang disebar Eyang Djati Kusumo. Dan selanjutnya diterjemahkan dalam sebuah karya film, dan SBN berkolaborasi dengan tokoh tokoh perfilman senior,” paparnya.
Selain itu, SBN dengan niat dan punya kemauan tulus, responsibility yang bagus, serta kerendahan hati pada ikatan moral, maka segala sesuatu akan berjalan baik. Ayah Tedja menegaskan, dalam bicara budaya tidak boleh main-main. Karena yang dipertaruhkan adalah moralitas.
“Sebagai gambaran, film budaya yang akan dipoduksi nantinya mengadopsi cerita sejarah yang orang tidak banyak tahu. Hal ini sangat penting, terutama untuk kalangan milenial,” kata Tedja.
Selain itu, Achmad Syaiful Direktor Of Photography (DOP) menambahkan bahwa Malang sendiri banyak sekali artis artis nasional yang membuat film yang berlokasi. Sedangkan warga Malang sendiri belum ada yang membuat film di yang membawa Kota Malang. Dari situlah SBN akan berupaya memaksimalkan potensi artis lokal.
“Yang nantinya diharapkan mampu membangkitkan dunia perfilman dalam situasi saat ini. Sehingga, semua pihak akan terpancing untuk aktif,” tandasnya.
Redaktur : Santoso