Semoga Kebaikan Mengantarmu di Surga, Ndik

  • Whatsapp
Almarhum Endy Purwanto semasih hidup

SURABAYA, beritalima.com| Insan pers dirundung duka. Tidak hanya yang di Jakarta, tapi juga yang di Surabaya, bahkan mungkin yang di Bali dan daerah lainnya.

Kepergian Endy Poerwanto, wartawan senior ini, memang banyak meninggalkan kenangan. Kenangan indah.

Dia, yang sudah malang melintang di dunia pers, sejak jaman mesin ketik hingga era android, memang sudah lama operasional di Jakarta (sejak tahun 2000), tapi juga tak sebentar berkiprah di kota kelahirannya, Surabaya.

Pertama berkarya di media sambil kuliah di Akademi Wartawan Surabaya (AWS), tahun 1983-an, Endy jadi wartawan sebuah Surat Kabar Mingguan (SKM) Aji Brata, yang kantornya di seberang jalan rumahnya di Keputran, Surabaya.

Ketika SKM Aji Brata jadi Majalah FAKTA dengan kantor di Jalan Blauran, Surabaya, Endy ikut serta. Dia ngepos di Pengadilan Negeri Surabaya, sebelum diminta jadi redaktur.

Di Redaksi FAKTA inilah saya banyak mengenal kepribadian Endy almarhum. Dia tak suka rokok, bahkan anti. Seringkali saya menghisap rokok yang apinya mati karena diam-diam telah dia tetesi air sewaktu saya taruh di asbak.

Endy juga tak suka mempergunjingkan teman. Kalau tahu ada teman mempergunjingkan teman lainnya, dia selalu mengingatkan dengan menyanyikan lagu Koes Plus berjudul “Jangan Iri Hati”.
“Berkali-kali, kuingatkan kembali. Jangan engkau turuti, rasa dengki dan iri. Urus dirimu, untuk hari depanmu. Kalau kau tak mengerti, kau terus iri hati. Habis waktumu, dan kau tetap begitu,” nyanyi dia.

Saat kerja di FAKTA inilah, walau gaji pas-pasan, bahkan kurang, Endy nikah dengan Ni Luh Emmy Dharmaningsih dari Bali.

Kondisinya susah saat itu. Dia dan Emmy tinggal di rumah sewa yang sangat sempit. Namun, inilah kelebihan sifat Endy, tak pernah mengeluh. Suka dijalani, tak suka dia hijrah.

Akhir Maret 1986, saat gajian, Endy bersama beberapa redaktur termasuk saya, terima surat pengangkatan sebagai karyawan tetap. Status dan gaji naik. Akan tetapi, besoknya, Endy justru mengundurkan diri dari FAKTA. Ini karena dia telah diterima sebagai wartawan sekaligus Kabiro Surat Kabar Bali Post.

Perjuangannya yang tak kenal lelah membuat Koran Bali Post mulai dikenal di Surabaya, banyak tersebar di hotel-hotel. Sifatnya yang baik dan lugas, membuat dia dipercaya jadi Ketua Pokja Wartawan Pemprov Jatim di tahun 1990-an.

Tidak hanya itu, hubungannya dengan para pejabat maupun pelaku usaha juga terus berkembang, di antaranya dengan Sinshe Soesamto yang mempercayainya jadi ‘ketua kelas’ untuk urusan publikasi produksinya.

Sejak itu kondisi ekonomi Endy terus membaik. Kalau sebelumnya selalu numpang mbonceng teman, mulai punya motor sendiri, bisa beli rumah di Jalan Wonokitri SS, Surabaya, bahkan juga punya mobil Kijang walau seken.

Pernikahannya dengan Emmy membuahkan 3 anak yang semuanya tumbuh sehat, yang kuingat panggilannya Ninis, Kiki dan Dayu.

Endy, demikian pula Emmy, memang baik. Keduanya pernah meminta istri saya memberi privat anaknya, karena mereka tahu pendapatan saya minus.

Keberadaan Endy yang supel juga cukup dikenal di kampung dekat Radio SS ini. Di samping selalu potong hewan qurban, Endy pernah menggelar pesta dengan mendatangkan banyak pedagang aneka makanan di kampung ini saat mengkhitankan Kiki.

Pria kelahiran 13 Oktober 1960 ini juga menyimpan banyak kenangan dengan teman-temannya di STM. Bersama sejumlah teman STM, dia mendirikan grup pecinta alam Marcapada. Bahkan, di FB, nama grup itu disandang, Endy Marcapada. Dia memang hobby naik gunung semasih muda.

Tahun 2000-an Endy oleh Pimpinan Bali Post dipindahtugaskan di Jakarta. Dia boyong istri dan ketiga anaknya untuk tinggal di Bekasi. Untuk liputan di Jakarta, saban hari dia pilih naik kereta, hingga pernah jatuh dari kereta karena ngantuk.

Di medan baru, Endy terus berkiprah meski kemudian sudah tak lagi di Bali Post. Sejumlah mass media pernah dijajaki, diantaranya di Berita Batavia, SKM Soerabaia Newsweek, dan terakhir di Media Online bisniswisata.co.id.

Sebagai wartawan yang banyak menulis tentang obyek wisata, Endy dikenal aktif di lingkungan Kementerian Pariwisata. Arek Suroboyo ini pernah dipercaya jadi koordinator wartawan di sana.

Dia juga beberapa kali jadi tim formatur pembentukan Koordinator Forum Wartawan Polri (FWP). Bahkan, belum lama ini, dia dipercaya jadi Ketua Panitia Pelaksana Futsal Kapolda Cup.

Terakhir Endy liputan di Hotel Century Senayan, Jakarta, Minggu (2/2/2020). Dalam Prescon, ketika dia bertanya, tiba-tiba terjatuh. Dia langsung dilarikan Manager Hotel Century ke Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta Selatan.

Sejak itu Endy rawat inap di RSPP. Tubuhnya tak berdaya. Diagnosa Tim Medis RSPP, Endy mengalami serangan stroke. Dan hingga akhirnya, Sabtu (22/2/2020) menjelang Subuh, pukul 04.20 WIB, Endy dipanggil Sang Khalik. Innalillahi wa Inna illaihi raajiun.

Kini, Endy sudah terbaring di alam kubur. Sebelum dimakamkan, amarhum sempat disemayamkan di rumah putranya, di Komplek Jatibening AL, Pondok Gede, Bekasi. Semua yang mengenalmu berduka. Semoga ketaatanmu, kebaikanmu, menghapus dosa dan mengantarmu di tempat yang indah di sisiNya. (Ganefo)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait