Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah lakukan program pemberdayaan pada nasabah khususnya perempuan di segmen prasejahtera produktif.
Kisah sukses sebagai nasabah inspiratif BTPN Syariah yang diangkat kali ini adalah kisah Ibu Mince Ollo (52), warga Desa Oinlasi, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Sejak suaminya meninggal dunia enam tahun yang lalu, Mince Ollo, harus berjuang demi menafkahi kedelapan anak-anaknya dengan menenun.
Mince Ollo, bergabung di BTPN Syariah tahun 2015. Pada awalnya, dia mendapatkan bantuan pembiayaan sebesar Rp2 juta. Uang itu, dia pakai untuk membeli bahan membuat sarung, selimut dan selendang.
“Dari Rp2 juta itu, saya ambil potong Rp200.000 untuk tabungan beku, lalu Rp100.000 saya tinggalkan untuk uang jaga-jaga (biaya tak terduga). Saya hanya bawa Rp1,6 juta lebih. Saya pakai Rp1 juta untuk belanja benang dan sisanya saya pakai untuk kebutuhan anak sekolah,” kata Mince Ollo, saat menerima kunjungan Communication Head BTPN Syariah Pusat, Ainul Yaqin, Nurhaidah, Business Coach BTPN Syariah Sumbawa Kupang (Sumbaku), dan para wartawan di kediamannya, di Desa Oinlasi, Kecamatan Mollo Selatan, Timor Tengah Selatan, Rabu (24/2/2021).
Dengan modal pinjaman dari BTPN Syariah, Mince Ollo, terus mengembangkan usaha tenunannya. Berbagai macam motif dari hasil tenunanya, antar lain motif Mollo dan Amanuban.
Mince bercerita, dia menghabiskan waktu tiga hari hingga berminggu-minggu untuk menenun, tergantung jenis tenunan yang akan dihasilkan. Jika tak ada halangan dia mampu menghasilkan empat sarung dalam waktu sebulan.
“Proses produksi hingga jadi dan siap dijual memakan waktu berminggu-minggu, tergantung motif,” kata Mince.
Tak sebatas membuat sarung dan selimut, Mince juga mulai membuat aksesoris lain dari tenun, seperti kotak tisu, kotak sirih pinang, tempat sendok dan dompet.
Harga aneka kerajinan tangan ini, dia jual mulai Rp30 ribu hingga Rp150 ribu per unit. Sedangkan selendang, sarung dan selimut, dia jual mulai Rp250 ribu hingga Rp3 juta per lembar.
“Kalau selimut motif Mollo, saya jual Rp2juta hingga Rp3 juta perlembar. Setiap bulan tidak kosong, selalu ada yang datang beli sarung, selimut dan selendang di rumah, makanya saya senang kerja. Saya berterima kasih kepada BTPN yang memberikan bantuan modal untuk saya kerja,” ujarnya.
Dari hasil tenun, Mince Ollo, menyekolahkan anak-anaknya dan merehab rumahnya. “Hasil tenunan ini, selain kebutuhan rumah tangga, saya pakai untuk biaya anak sekolah dan rehab rumah. Rehab rumah itu mulai dari plester, pasang keramik, dan pasang plafon,” ungkapnya.
Endang Koeain, Business Manager BPTN Syariah Area Kota Soe, mengatakan, Mince Ollo, bergabung di BTPN Syariah tahun 2014. Kala itu, diberikan pinjaman sebesar Rp2 juta, dengan waktu angsuran 12 bulan. Kemudian tahun 2015, dinaikan pinjaman sebesar Rp3 juta, dan tahun berikutnya Rp5 juta, dan pinjaman terakhir yang sekarang sedang berjalan angsurannya diberikan Rp7 juta.
“Sejak awal diberikan pinjaman, usaha tenunan mama Mince terus berkembang, sehingga pinjaman berikutnya kita naikan dan pinjaman terakhir kita berikan Rp7 juta yang sekarang sedang berjalan,” kata Endang.
Menurut Endang, hasil tenunan Mince Ollo, selain orang yang datang belanjadi rumah, juga dipasarkan ke Jakarta yang dibantu oleh BTPN Syariah.
Dikatakan Endang, setiap tahun BTPN Syariah selalu mengadakan pameran hasil usaha nasabah. “Mama Mince Ollo, sudah tiga tahun berturut-turut tenunannya selalu dikirim ke Jakarta, bersama dengan hasil usaha nasabah lainnya di seluruh Indonesia,” jelas Endang.
“Kita punya pameran yang namanya pameran Bunga Rampai. Dulu sebelum Covid-19, kita kirim produk-produk (tenun dan makanan dan kerajinan tangan) dari nasabah seluruh Indonesia, lalu ditaruh di pameran Bunga Rampai Kantor BTPN Syariah Pusat. Cuma sekarang karena lagi Covid-19, kita pakai Plataform Markepalce, yakni tokopedia, shopee, nama akunnya Bunga Rampai Store,” tambah Endang.
Dia menambahkan, sistem angsuran dilakukan setiap dua minggu. “Jadi nasabah itu tidak harus ke kantor, tapi kami petugas yang datang ke nasabah. Jadi kita buat dalam kelompok, tetapi pinjamannya itu masing-masing, tergantung usaha nasabah. Mulai dari proses angsuran, pendampingan semuanya dilakukan di kelompok. Mama Mince masuk dalam kelompok Pemula Klani Oinlasi, yang jumlah anggotanya sebanyak 15 orang,” kata Endang menambahkan.
Para nasabah BTPN Syariah ini, lanjut Endang, selain mereka membayar angsuran, juga menabung suka rela. “Tabungan suka rela, kami tidak patok harus berapa,” terangnya. (L. Ng. Mbuhang)