Drs H Faizin,M.Pd
BIREUEN,ACEH-Beritalima.com – Selama ini kita melihat kampanye syariat Islam cenderung terjebak dalam retorika-retorika simbolik dan bersifat parsial, belum terlakoni dengan baik dan penuh ikhlas baik oleh pemerintah maupun masyarakat.
Demikian pernyataan pemuka Agama wilayah Bireuen, Drs Tgk H Faizin Yusuf ,M.Pd dalam pembicaraan menyangkut pelaksanaan syariat Islam di Aceh, Jumat (11/8)
Menurut Tgk H Faizin yang juga pengurus Masjid Besar Peusangan, realitas menunjukkan bahwa kita seperti semakin gamang. Puja-puji dan kebanggaan terhadap Islam berkumandang di mana-mana, sementara maksiat mengalir tak terusik di depan mata kita, perbuatan tidak islami menyeruak di mana-mana.
Amar makruf nahi munkar, dua pesan paling esensial dalam Alquran harus diperdalam dalam penghayatan dan pemahaman dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari di bulan Ramadan.
Dengan melaksanakan kegiatan itu dampaknya adalah syiar Islam menggema di seluruh pelosok negeri ini, masjid dan tempat-tempat ibadah penuh sesak jemaah, aktifitas islami membumi di mana-mana, karakter-karakter dasar yang bernilai positif seperti suasana syahdu, khusyuk, persaudaraan, peduli, saling tolong menolong, rasa solidaritas, saling memaafkan dan sebagainya terpancar jelas dan yang terpenting kegiatan maksiat semakin berkurang dalam realitas kehidupan ini dan kita harapkan sirna dan hilang apalagi di bumi “ Serambi Mekah”.
Karena Ramadan adalah bulan suci yang dimuliakan serta penuh berkah, dan oleh setiap orang cenderung berupaya mengembalikan kesadaran hakikinya menambah deposito amal dan menyucikan jiwa dan raganya dari lumuran noda dan dosa.
Singkatnya, perubahan mental dan akhlak personal untuk melaksanakan amar makruf nahi munkar di bulan suci Ramadhan tergolong tinggi jika dibandingkan dengan bulan lain.
Banyak orang tahu bahwa Ramadhan mengandung selaksa hikmah yang harus didayagunakan, baik dari sisi sosial, kejiwaan, maupun kesehatan, sehingga detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari hingga sebulan penuh menjadi kesempatan emas mendulang predikat taqwa kepada-Nya sehingga memperoleh fahala yang meningkat.
Selama ini ada kecenderungan sebagian warga, jika datang bulan Ramadhan maka tidak boleh melakukan maksiat. Lihatlah fenomena sekitar kita yang menutup sejumlah kegiatan dan akan dibuka kembali pasca Ramadhan. Kenapa kita terdogma seperti ini terlalu mensakralkan Ramadhan sehingga tidak berani berbuat maksiat.
Sementara di bulan lain terkesan kita cenderung bebas memelihara dan melakukan berbagai perbuatan yang mengganggu aqidah . Memang sakralisasi Ramadan itu penting, karena ini momentum emas meraih ketaqwaan kepada Allah. Tetapi bukankah lebih penting jika kita mampu mengamalkan amar makruf nahi munkar selamanya sampai akhir hayat seperti yang diinginkan Alquran dan tidak hanya di bulan Ramadhan saja.
Sementara maksiat dan perbuatan-perbuatan tercela yang bertentangan dengan syariat memang sama sekali tidak boleh terjadi apalagi sampai dibiarkan begitu saja, karena ini pada kenyataannya tidak menguntungkan dan bahkan merusak generasi yang akan kita tinggalkan.
Suasana Aceh harus selalu islami dan bebas maksiat untuk selamanya, bukan saja di bulan Ramadhan. Prilaku dan mentalitas warga harus selalu menyesuaikan diri dengan pedoman wahyu Ilahi yang teruji kebenaran dan kesahihannya.
Semua kita tidak boleh munafik tidak bersesuaian antara kata dan kerja. Semua kita harus malu kepada Allah kalau kita berbuat maksiat dan meninggalkan perintah-Nya, apalagi di bulan Ramadhan yang sangat dimuliakan oleh seluruh ummat Islam sedunia., Demikian catatan Andalas dari pembicaraan dengan Drs Tgk H Faizin Yusuf ,M.Pd ( Hera )