Tidak Diundang Pertemuan Kader di Semarang, Pengamat: Ganjar Ambisius

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Gubernur Jawa Tengah yang nota bene adalah kader PDIP, Ganjar Pranowo tidak tampak dalam pertemuan kader partai Banteng Moncong putih itu yang dihadiri Ketua DPP PDIP, Puan Maharani di Semarang, Sabtu (22/5).

Menurut Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPP PDIP yang juga Ketua DPD PDIP Jawa Tengah, Bambang Wuryanto, Ganjar tak diundang karena sudah kelewatan atau kebablasan. Ganjar dinilai terlalu berambisi maju pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 sehingga dituding meninggalkan norma partai.

Ganjar dinilai pengamat politik Esa Unggul Jakarta, Muhammad Jamiluddin Ritonga mendahului Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri dalam hal pencapresan.

Padahal, kader PDIP yang ingin maju sebagai pimpinan daerah baik itu untuk tingkat kabupaten/kota maupun provinsi harus ada restu dari Megawati. Apalagi untuk maju sebagai calon dari PDIP,” kata pria yang akrab disapa Jamil ini.

Sebagai bawahan, Ganjar dinilai abai dengan norma kesopanan. Padahal seorang pemimpin harus mengedepankan hal itu. Ganjar juga dinilai terlalu ambisius. “Padahal dalam budaya Jawa, seorang calon pemimpin atau pemimpin tidak baik mempertontonkan ambisinya. Pemimpin seperti ini dinilai tidak baik,” kata dia.

Dalam peribahasa Jawa ini disebut rame ing gawe dan sepi ing pamrih. Maknanya, dalam setiap kegiatan atau aktivitas tidak pamrih. Bekerjalah seperti air mengalir, tanpa mengharapkan pujian.

Kalau bekerja dengan hasil baik, dengan sendirinya akan mendapat pujian atau apresiasi. Karena itu, bekerjalah tanpa pencitraan. Tampaknya itu yang membuat sebagian petinggi DPP PDIP tak menyukai sikap dan perilaku Ganjar. Ganjar dinilai hanya ingin menonjolkan diri dia saja.

Selain itu, PDIP jauh-jauh hari tampaknya sudah menyiapkan Puan untuk capres 2024. Bila Ganjar terus bergerak menyiapkan diri untuk nyapres, dikhawatirkan elektabilitasnya makin moncer dan ini akan makin sulit dibendung sehingga berat buat Puan bisa bersaing.

Kelihatannya, PDIP belajar pada kasus Megawati yang akan akan nyapres pada 2014. Mega akhirnya terpaksa menyerahkan ke Jokowi karena elektabilitasnya kalah jauh. Gejala yang sama juga bisa terjadi bila Ganjar tidak dibendung jauh-jauh hari.

Elektabilitas Puan akan tercecer jauh dengan Ganjar. Kalau ini terjadi, Puan akan mengalami nasib yang sama dengan ibunya. “Mega tentu tidak ingin kasus yang sama terjadi pada anak tercintanya. Segala cara akan dilakukan untuk membendung Ganjar, termasuk tidak mengundangnya pada acara di Semarang,” demikian Muhammad Jamiluddin Ritonga. (akhir)

 

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait