SURABAYA, beritalima.com- Meski pada poling Pilwali Surabaya sebuah lembaga survey beberapa waktu lalu nama Lia Istifhama berada di posisi buncit, namun sebenarnya sosok perempuan ini bukan kandidat ‘kaleng kaleng’.
Terbukti, kini ada sembilan kiai berpengaruh di Surabaya yang wewakili puluhan kiai menjadi tim 9 sebagai penasehat Lia dalam ikhtiarnya pada Pilwali Surabaya.
Tim 9 ini dibentuk Barisan Penguatan Neng Lia (Benteng Lia) yang dikomando oleh Yusuf Hidayat di Quds Royal.
“Acara ini memang terbatas dan kami hanya mengundang 20 ulama. Latar belakang acara ini, kami ingin mendengar masukan dan nasihat para kiai. Tentunya adalah kiai yang memberikan respons positif terhadap hadirnya Ning Lia dalam Pilwali Surabaya,” kata Gus Yusuf, Rabu (5/2) malam.
Dalam pertemuan ini, disepakati dibentuk 9 yang beranggotakan para kiai sebagai penasehat Lia Istifhama. Sedangkan KH Abdul Mutholib dari Wonorejo, Rungkut, didaulat sebagai Ketua Tim 9.
“Alhamdulillah, kehadiran para kiai ini makin mempertebal semangat dan moral kita dalam mendukung Ning Lia,” tandasnya.
Sementara itu, KH. Masykur Hasyim yang turut hadir, mengatakan, pilwali merupakan proses politik yang membutuhkan peran, doa, dan dukungan kiai. Apalagi bagi kaum nahdliyiin.
Sebagai ayah dari Lia, Kiai Masykur merespon positif munculnya anak muda yang berani tampil dalam kancah politik yang dipandang sangat mahal oleh banyak pihak.
Mantan komandan Banser Jatim tersebut juga menjelaskan bahwa komunikasi terkait Pilwali Surabaya juga telah terbangun dengan KH. Ali Badri dan KH. Zainuddin Husni.
“Sebenarnya banyak kiai dan ulama yang merespons keberadaan Ning Lia ini. Namun kami berharap untuk langkah konkret awal adalah membentuk Tim 9 Kiai yang mampu memberikan support positif dan arahan untuk langkah strategis Pilwali Surabaya ke depan,” kata Kiai Masykur.
Baihaqi Sirajit, seorang pengamat politik yang juga hadir, menilai memang penting sosok milenial yang bisa meraih suara signifikan pada grassroot di Kota Surabaya.
“Harus diakui bahwa memang Ning Lia ini memenuhi variabel yang bisa diterima semua kalangan di kota Surabaya ini. Sosoknya merakyat dan bersahabat, sehingga sampai sekarang kekuatan relawan dan simpatisannya terus bertambah, meski semua tidak menampik bahwa memang ini figur yang sangat apa adanya,” kata Baihaqi.
Lia Istifhama sendiri setelah mendengar pemaparan para kiai dan konsultan politik yang hadir, menegaskan rasa syukurnya dalam menapaki proses Pilwali ini.
“Insya Allah sampai detik ini pun saya masih bisa menjaga diri, bahwa saya tidak berambisi mengejar jabatan apapun. Bagi saya, jika kemudian Allah menakdirkan saya di balai kota, maka itu murni suara harapan warga Surabaya. Jika bicara program, saya pun sudah siap dengan Nawa Tirta yang telah saya launching tanggal 9 bulan 9 tahun 2019,” pungkas Lia.
Hadir dalam pertemuan ini, diantaranya KH Ali Hanafiyah Akbar, Habib Zain Al Khaf, KH Abdul Mutholib, KH Abdul Cahiyi dan KH Syaiful Islam. (Red)