Bung Karno duduk termenung muka nya kusut dan disebelah kanan nya Bung Hatta terlihat letih mengusap kacamata nya semtara jendral Soedirman terus berdzikir dihadapan nya secangkir kopi yang tak tersentuh mulai dingin ,Agus Salim dan KH Wahid Hasym ,Kasman Singodimedjo ,Kibagus Hadi Kusumo terlibat diskusi yang serius ,pagi itu menjadi suasana kebahtinan mereka remuk redam melihat Indonesia yang telah diperjuangkan dengan puluhan tahun pengorbanan yang sangat besar dan luar biasa sejarah panjang telah ambyar akibat lahir nya UU Omnibuslaw yang memberikan kewenangan VOC gaya baru menancapkan kuku nya di bumi Indonesia
Soekarno menerawang nanar masih ingat di batok kepala nya ketika di BPUPKI berdebat menentukan sistem bernegara ;… ” Toean-toean jang terhormat. Kita menghendaki keadilan sosial. Boeat apa grondwet menoeliskan, bahwa manoesianja boekan sadja mempoenjai hak kemerdekaan soeara, kemerdekaan hak memberi soeara, mengadakan persidangan dan berapat, djikalau misalnja tidak ada sociale rechtvaardigheid jang demikian itoe?
Boeat apa kita membikin grondwet, apa goenanja grondwet itoe kalau ia ta’dapat mengisi “droits de l’homme et du citoyen” itoe tidak bisa menghilangkan kelaparannja orang jang miskin jang hendak mati kelaparan.
Maka oleh karena itoe, djikalau kita betoel-betoel hendak mendasarkan negara kita kepada faham kekeloeargaan, faham tolong-menolong, faham gotong-royong, faham keadilan sosial, enjahkanlah tiap-tiap pikiran, tiap-tiap faham individualisme dan liberalisme dari padanja.
Apa yang terjadi sekarang anaku dan cucuku justru Gandrung terhadap Individualisme ,Liberalisme ,Kapitalisme menjadi dasar bernegara bahkan Imperalis mereka beri karpet merah dengan UU Omnibuslaw entah setan apa yang mengajarkan hal yang demikian itu .
Soekarno mendongak dengan bicara lirih nyaris tak terdengar masih ingat kata,-kata nya disidang BPUPKI…….”Toean2 dan njonja2 jang terhormat. Kita rantjangkan oendang-oendang dasar dengan kedaulatan rakjat, dan boekan kedaulatan individu. Kedaulatan rakjat sekali lagi, dan boekan kedaulatan individu. Inilah menoeroet faham panitia perantjang oendang-oendang dasar, satoe-satoenja djaminan bahwa bangsa Indonesia seloeroehnja akan selamat dikemoedian hari. Djikalau faham kita ini poen dipakai oleh bangsa-bangsa lain, itoe akan memberi djaminan akan perdamaian doenia jang kekal dan abadi.
Sayang anak cucu kita terlalu sembrono dan tidak lagi mau melihat sejarah bapak bangsa nya sehingga UUD 1945 diamandemen dengan pikiran Imperalis yang menjadi musuh Pancasila .Soekarno pun bicara lirih terbata -bata mengingat pidato nya di BPUPKI
…………. Marilah kita menoendjoekkan keberanian kita dalam mendjoendjoeng hak kedaulatan bangsa kita, dan boekan sadja keberanian jang begitoe, tetapi djoega keberanian mereboet faham jang salah di dalam kalboe kita. Keberanian menoendjoekkan, bahwa kita tidak hanja membebek kepada tjontoh2 oendang2 dasar negara lain, tetapi memboeat sendiri oendang2 dasar jang baroe, jang berisi kefahaman keadilan jang menentang individualisme dan liberalisme; jang berdjiwa kekeloeargaan, dan ke-gotong-royongan. Keberanian jang demikian itoelah hendaknja bersemajam di dalam hati kita.
Kita moengkin akan mati, entah oleh perboeatan apa, tetapi mati kita selaloe takdir Allah Soebhanahoewataala. Tetapi adalah satoe permintaah saja kepada kita sekalian:
Djikalau nanti dalam zaman jang genting dan penoeh bahaja ini, djikalau kita dikoeboerkan dalam boemi Indonesia, hendaklah tertoelis di atas batoe nisan kita, perkataan jang boleh dibatja oleh anak-tjoetjoe kita, jaitoe perkataan: “Betoel dia mati, tetapi dia mati tidak sebagai pengetjoet”.
Inilah yang selalu saya kenang anak cucuku sudah menjadi pengecut anggota DPR yang mengesahkan UU Omnibuslaw sebaik nya membaca pidato bung Karno agar tidak di cap sebagai pengecut .
Hatta menggeser duduk nya merenungi maklumat X yang dia terbitkan yang me lahir kan partai politik ,ternyata partai politik yang mempunyai waktak rakus kekuasaan sudah berubah menjadi oligarkhy politik ,partai politik tidak seperti bayangan nya saat itu sebagai bagian dari demokrasi tetapi justru hari ini bagian dari penghancuran Indonesia .Hatta masih ingat kata-kata nya setelah membaca UU Omnibuslaw diapun berdecak mengatakan, “Biarlah Indonesia tenggelam ke dasar lautan kalau tetap dikuasai penjajah.” Neo Kolonialime justru diberi karpet merah oleh UU Omnibuslaw .
Pak Dirman dengan memegang dada nya yang sekali -kali batuk melihat negeri nya saat ini dia bergumam
“Karena kewajiban kamu lah untuk tetap pada pendirian semula, mempertahankan dan mengorbankan jiwa untuk kedaulatan negara dan bangsa kita seluruhnya.” sambil terus berdzikir mengingatkan TNI
Percaya dan yakinlah bahwa kemerdekaan satu negara yang didirikan di atas timbunan runtuhan ribuan jiwa, harta benda dari rakyat dan bangsanya tidak akan dapat dilenyapkan oleh manusia, siapa pun juga.” termasuk kaum cukong dan sembilan naga maka bangkitlah TNI bersama rakyat merebut kembali kedaulatan rakyat .
“Pelihara TNI, pelihara angkatan perang kita, jangan sampai TNI dikuasai oleh partai politik manapun juga. Ingat lah, bahwa prajurit kita bukan prajurit sewaan, bukan prajurit yang mudah dibelokkan haluan nya. Kita masuk dalam tentara karena keinsyafan jiwa dan sedia berkorban bagi bangsa dan negara.”
Kejahatan akan menang bila orang yang benar tidak melakukan apa-apa.”
Oleh sebab itu TNI harus berpihak kepada rakyat tidak boleh mendukung kejahatan melalui UU Omnibuslaw.
Bergeraklah terus mahasiswa bersama rakyat tidak diam melihat kejahatan kalau mahasiswa saja tau UU Omnibuslaw adalah kejahatan antara oligarkhy politik dan oligarkhy para Taipan tentu TNI lebih tau mana yang benar dan yang salah .
Prihandoyo Kuswanto
Ketua pusat studi rumah Pancasila