JAKARTA, beritalima.com –
Walikota Jakarta Utara Rustam Effendi, memahami kemarahan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terhadap bawahannya sebagai hal yang wajar, ketika terjadinya banjir di wilayah kecamatan Pademangan, pada Kamis 21 April 2016. Bahkan kamarahan Ahok ini dipahami Rustam sebagai bentuk cambuk bagi dirinya sebagai pejabat di Jakarta Utara.
“Dengan kesadaran tersebut maka dalam pikiran saya dikoreksi dari berbagai pihak atas pelaksanaan pekerjaan saya adalah suatu keharusan. Apalagi koreksi atau bahkan kemarahan dari pimpinan adalah suatu kewajaran bagi perbaikan ke depan. Oleh karena itu marahnya pimpinan saya anggap cambuk untuk perbaikan ke depan,” katanya melalui aplikasi WhatsApp (WA) yang dikonfirmasi oleh Rustam kepada beritalima.com, Sabtu (23/4/2016) malam.
Namun, ketika dirinya dituduhkan hal yang menjurus fitnah yakni bersekutu dengan salah satu bakal calon Gubernur DKI Jakarta, Yusril Ihza Mahendra, Rustam mengatakan merasa tersakiti,
“Secara jujur saya katakan, bahwa kadang-kadang selaku bawahan saya juga mengharapkan ucapan terima kasih dari pimpinan atas hasil kerja yg telah dikakukan. Hal ini penting sebagai bekal semangat pelaksanaan tugas selanjutnya. Tetapi jika itu tidak ada tidaklah mengapa dan saya akan terus melaksanakan tugas berikutnya dengan semangat. Bebeda dengan tuduhan yg menjurus fitnah apalagi keluar dari mulut pimpinan adalah sesuatu yang SANGAT MENYAKITKAN. Dan lebih menyedihkan tuduhan dan fitnah itu keluar dari pimpinan yang sebenarnya saya berharap memberikan petunjuk, arahan, bimbingan, memotivasi, memberi semangat. Dan itu dipertontonkan di muka jagat raya,” kata Rustam.
Rustam melanjutkan, bekerja dan memberikan yang terbaik merupakan tekad dirinya yang sering diungkapkannya bahwa apa yang dilakukan dalam melaksanakan tugas secara maksimal dan ikhlas, tanpa berharap mendapatkan jabatan atau peningkatan karier yang lebih tinggi lagi. Bagi Rustam, jabatan Walikota yang diembannya saat ini sudah merupakan sesuatu anugerah yang sangat luar biasa,
“Dan saya menganggap inilah puncak perjalanan karier saya yg dimulai dari tenaga magang (sekarang disebut PHL/Pekerja Harian Lepas) di Kantor Kelurahan Rawabuaya Cengkareng Jakarta Barat. Hanya satu keinginan saya yaitu dapat menyelesaikan tugas dan karier saya secara baik. Dengan ini saya nyatakan bahwa tuduhan saya bersekutu denga Pak Yusril adalah tidak benar,” tandasnya.
Sebelumnya, dalam rapat soal banjir, Ahok sempat curiga dengan Rustam yang tak mau segera menertibkan permukiman-permukiman yang menghalangi saluran air. Padahal saluran air perlu dibuat lancar supaya banjir tak menggenang.
“Aduh, ini Pak Walikota ini saya selalu bilang begini Pak Wali, Pak Wali kalau saya suruh usir orang itu wah ngeyelnya ngeles. Jangan-jangan satu pihak sama Yusril ini,” kata Ahok, Jumat (22/4/2016) lalu. (Pahala Simanjuntak)
Source: AGGREGATOR