Bentuk Jejaring, Tumbuhkan Antikorupsi Bagi Pendidik

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com | Sudah bukan jadi rahasia umum lagi, banyak sektor pendidikan kita yang terjangkit korupsi. Mulai dari sekolah hingga perguruan tinggi. Kepala sekolah sampai rektor pernah terseret hingga masuk bui. Oleh karena itu, lewat Akademi Jurnalistik Lawan Korupsi (AJLK) KPK yang dimotori Edward Silaban dan Fajar Anugrah Tumanggor terbentuklah Edukator Antikorupsi.

Sesuai namanya, Edukator Antikorupsi menjaring tenaga pendidik, guru. Program pelatihan yang berlangsung dari 10-12 Nopember 2020 itu dilaksanakan secara virtual lewat Zoom.

Ada empat pembicara yang mengisi kegiatan selama tiga hari ini. Pertama, Anggota Litbang KPK Sarah Azzahwa. Kedua, Direktur Eksekutif Forum Transparansi Anggaran Sumut periode 2011-2019 Rurita Ningrum. Terus, Edward Silaban dan Fajar Anugrah Tumanggor yang masing-masing berprofesi sebagai Asisten Ombudsman RI Sumut dan Jurnalis Jawa Pos.

Sementara itu, peserta kegiatan berasal dari empat sekolah dengan jumlah 34 orang. Dua dari Medan, yakni SMPN 6 Medan dan Yayasan Perguruan Kristen Methodist 5 Medan, serta 2 di Surabaya, SDN Tanah Kali Kedinding I Surabaya dan SDN Kedung Cowek 1 Surabaya.

Pada Selasa (10/11/2020) kemarin, pembahasan seputar Korupsi Sektor Pendidikan. Dibawakan oleh Zahwa selama dua jam. Dalam kesempatan itu, dia menjelaskan bahwa sektor Pendidikan memang rawan terjadi korupsi. Terutama mengenai anggaran yang bersumber dari pemerintah pusat dan daerah.

“Penyelewengan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) hanya satu dari kasus yang terjadi. Kasus lain seperti gaji pegawai, dana bagi hasil serta dana dana otsus juga sama potensialnya,” ungkap dia.

Namun, hal itu bisa dicegah dengan kuatnya mekanisme pengawasan. Baik dari internal sekolah atau perguruan tinggi, hingga inspektorat kota/provinsi. “Peran guru penting. Terutama menanyakan informasi publik,” paparnya. Sebab, modus korupsi yang terjadi di lingkungan pendidikan tak sekadar karena ada kesempatan, tapi juga karena lemahnya pengawasan.

Oleh karena itu, di internal KPK, Zahwa mengatakan, penelitian dan pengembangan metode pencegahan terus dilakukan. Terutama menguatkan sistem transparansi dan akuntabilitas penyaluran anggaran. Selain memaparkan tentang postur anggaran, Zahwa juga bercerita panjang soal kegiatan KPK di lingkungan pendidikan tinggi.

Dalam kegiatan itu, peserta sangat antusias. Salah satunya guru dari SMPN 6 Medan, Megawati Nainggolan. Dia menanyakan bagaimana caranya menghadapi pungutan liar yang terjadi dalam pengurusan administrasi serta mekanisme pencairan tunjangan fungsional guru. Sebab, Mega punya pengalaman pahit soal itu.

Guru dari Yayasan Perguruan Kristen Methodist 5 Medan, Maharun Panggabean, menanyakan tentang bagaimana pemberantasan dan pencegahan korupsi secara mengakar. Sementara itu, guru dari SDN Tanah Kali Kedinding I Surabaya, Janny Mudjijanto, juga menanyakan bagaimana mekanisme pencairan sertifikasi bagi guru yang rawan diselewengkan.

Zahwa menerangkan, terkait dengan pencairan tunjangan fungsional guru atau sertifikasi setiap daerah berbeda, tergantung serapan dan sumber dayanya. Oleh karena itu, perlu kecakapan dalam penyerapan anggaran. Di bagian lain, pungutan tidak dibenarkan jika sudah dilarang.

Sementara itu, untuk pencegahan korupsi bisa dilakukan dari diri sendiri dan keluarga. Memberi contoh yang benar kepada anak sejak dini. “Kalau untuk hukuman mati sudah ada sebenarnya. Tapi ada klausul tertentu setiap koruptor yang bisa dikenai pidana mati,” tutur Zahwa.

Pada kesempatan itu, Inisiator Program Edward Silaban pun memberikan tanggapan mengenai antusiasme para peserta. Dia mengaku cukup senang dengan semangat para guru yang sudah mengikuti kegiatan dari pukul 14.00-16.00. “Program ini jadi bagian dari semangat antikorupsi. Ada dua hari lagi. Kita harus semangat,” ujar Asisten Ombudsman RI Sumut itu.

Inisiator lainnya, Fajar Anugrah Tumanggor,y menyampaikan pesan bahwa kegiatan Edukator Antikorupsi yang menyasar para guru diharapkan menumbuhkan semangat antikorupsi di lingkungan pendidikan. “Kegiatan ini membangun jejaring. Semakin kuat jejaring, semakin kuat gerakan,” paparnya. (Ganefo)

Keterangan foto: Zahwa (pojok kanan bawah) saat memberikan materi antikorupsi ke peserta kelas intensif melalui zoom.

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait