Dewi Helsper ; Belanda Utara Menyimpan Segudang Warisan

  • Whatsapp

Dari kota Yang ku tempati menuju ke kota ini kira-kira dua jam perjalanan

britalima.com – Hoorn, adalah sebuah kota kecil di Belanda utara yang menyimpan segudang warisan salah seorang putra mereka, Jan Pieterszoon Coen, siapakah dia?

Di Hoorn inilah Jan Pieterszoon Coen lahir, tanggal 8 Januari 1587 – meninggal di Batavia, 21 September 1629 pada umur 42 tahun.

Ia adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang keempat dan keenam.

Pada masa jabatan pertama ia memerintah pada tahun 1619 – 1623 dan untuk masa jabatan yang kedua berlangsung pada tahun 1627 – 1629.

Siapakah sebenarnya VOC ?
Pasti kalian serentak menjawab, oh mereka adalah penjajah.

VOC, merupakan PERUSAHAAN multinasional yang pertama di dunia yang tersebar di banyak negara, dan dalam melaksanakan kegiatan perDAGANGannya tidak segan-segan melakukan tindakan-tindakan yang tidak beradab, termasuk pembunuhan terhadap penduduk dan memperlakukan penduduk asli sebagai budak tanpa rasa perikemanusiaan khususnya di Indonesia.

Dear friends….
Itu masa lalu.
Ketika aku berada di Negeri ini, aku sempat menceritakan tentang keberadaan VOC jaman dahulu. Pada keluarga atau teman-teman di Belanda.

Apa tanggapan mereka tentang VOC , katakanlah VOC adalah para pedagang awalnya.
Setelah ku ceritakan tentang VOC, mereka memegang tangan ku, seperti bentuk prihatin. Tatapan-tatapan yang merasa bersalah, kemudian mengatakan pada ku, “Maafkan apa yang sudah terjadi, tapi kami tidak ada pada masa lalu, kami keluarga guru….kami keluarga petani. Kami bukan kaum pedagang.”

Mari kita intip ke belakang, anggaplah aku sedang mengarahkan kamera hitam putih masa lalu,
Apa yang membuat VOC berkembang besar dan bertahan begitu lama di Negeri Pertiwi?

# Salah satu keberhasilan dan kesuksesan VOC menguasai seluruh wilayah Indonesia adalah melalui kemampuannya meMANFAATkan sikap bangsa kita yang mudah diadu-domba karena keragaman ETNIS, dan juga menggunakan penguasa bangsa Indonesia sendiri untuk menekan rakyatnya.

Apakah bangsa kita sekarang ini masih mau dan bersedia untuk terus dijadikan ajang adu-domba demi membela kepentingan asing, tentunya bangsa kita sendiri yang dapat menjawabnya.
Perbedaan intern yang menimbulkan pertentangan bahkan konflik antar kita merupakan kelemahan yang harus kita akui, dan untuk menanggulanginya hanya dapat oleh KEMAUAN kita sendiri#

Seandainya saja kita luangkan waktu untuk masuk pada pada abad itu…. Politik sudah bermain pada jaman tsb. Bisakah negara lain menguasai negeri lain tanpa adanya orang-orang tinggi yang terlibat dengan VOC pada waktu itu?! Rakyatlah yang jadi korban.
Tidak mungkin selama ratusan tahun mereka menguasai negeri ini. Dalam dunia ini sumber dari malapetaka adalah uang dan kekuasaan. Masalah yang belum pernah selesai dalam negeri ini…..
K o r u p s i.
Just think about that.

Mataku nanap menatap puluhan kapal-kapal yang berjejer di pelabuhan kota Hoorn. Yang masih tersisa dari kapal-kapal VOC, Kapal-kapal dengan besi-besi yang kokoh, seakan waktu tidak bisa menenggelamkan kapal- kapal itu, mungkin hanya membuat bagian-bagian yang berkarat.

SIMBOK mengusap punggungku dari belakang, ia menatap bening mataku. Ia tahu apa yang ku pikirkan.

” Suki, kita memang perlu belajar dari sebuah masa lalu, untuk melakukan perubahan di masa depan… kamu setuju?” Katanya.

Ku tatap mata senja itu. Aku hanya mengangguk. Hatiku masih gelisah…. Ya, mendapati kenyataan bahwa penghuni negeriku masih mudah di adu domba atas nama “kepentingan”
Bahkan sampai hari ini.

Suara SiMBOK ku dengar lagi, kali ini sebuah pertanyaan,

“Masih ingat apa kata bung Karno tentang sebuah negeri, yang di kenal dengan sebutan Gemah Ripah loh jinawi? Berarti Negeri yang punya kekayaan berlimpah. Serta Toto tentram kerto raharjo, artinya keadaan yang tentram. Sebut satu saja ucapan bung Karno yang kamu ingat.”

Ku coba mengingat,
“Bung Karno mengatakan, perjuanganku lebih mudah mengusir penjajah. Perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”

“Benar Suki. Tugas kalian dan pe er kalian sekarang. SiMBOK sudah tua. Sudah menjalani hal2 pahit yang belum kalian jalani. Masa masa sulit itu. Ku pikir kesulitan itu berakhir. Tapi belum. Belajar dan bertumbuh dewasa itu penting. Jangan selalu menengok ke belakang. Masa lalu adalah sejarah. Bangun, dan bersatulah. Bukan terpecahkan.”

Ada perasaan serta pertanyaan yang masih menganjal dalam lautan pikiranku. Simbok menyatukan kedua keningnya, bahasa tubuhnya itu seakan ingin mengorek isi pikiranku.

“Hmmm, kenapa bangsa kita di jajah begitu lama Mbok?” Akhirnya keluar juga sebuah pertanyaan dari pikiranku.

“Suki, sejarah adalah cerita yang terjadi berulang ulang dengan tokoh, waktu, massa yang berbeda. Situasi, masalah, yang masih berlangsung sampai saat ini apa kamu pikir tidak terjadi di masa lalu. Menurutmu, apa masalah terbesar di negeri ini dari dulu hingga sekarang?” Simbok menatapku dengan tajam. Seolah tatapan itu langsung menusuk jantungku.

“Korupsi?! Jaman dahulu… Upeti.”

Simbok tidak menyahuti lagi. Mata tua itu hanya mengawasiku, senja rupanya sudah naik. Dingin serasa membantai sendi sendi tulangku.
Kata kata SiMBOK membuatku menyadari sesuatu, tentang Negeriku. Walau aku jauh, namun cintaku, baktiku untuk Ibu pertiwiku.

_An author : *Dewi Helsper*_
(Penulis Indonesia tinggal di Belanda dan Thailand)
~Bersambung~ ?

Upss, tapi teman -teman yang mau ketemu sama SIMBOK bisaa yaa, dimana :

#SIMBOK novel by Dewi Helsper
#Gramedia #Togamas

beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *