Dirjen Penguatan Inovasi Gelar Rakor Pengembangan Klaster Sistem

  • Whatsapp

Citizen Reporter

Laporan: Yuliardi
Kasubag Layanan Informasi Dirjen Penguatan Inovasi Kemeneistekdikti
Melaporkan dari Bandung

BANDUNG – Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti melaksanakan Rapat Koordinasi Klaster Sistem Inovasi, 8-9 September 2017 di Hotel Santika Bandung.

Rapat Koordinasi dipimpin oleh Dirjen Penguatan Inovasi Jumain Appe yang dihadiri oleh Direktur Sistem Inovasi Ophirtus Sumule dan Direktur Inovasi Industri Santoso Yudo Warsono.

Selain itu juga beserta 8 LPPM Perguruan Tinggi penerima insentif Program Perumusan dan Pendampingan Klaster Sistem Inovasi Berbasis Produk Unggulan Daerah (PUD).

Kampus penerima itu yaitu: ITB (Smartphone/Elektronika), Universitas Hasanuddin (Komoditas Garam dan Gula Merah), Universitas Syiah Kuala Banda Aceh (Minyak Atsiri/Nilam).

Universitas Tompotika Banggai (Komoditas Padi), Universitas Negeri Semarang (Mobil Desa), Universitas Saratulangi Manado (Komoditas Kelapa) dan UKI Toraja (Komoditas Kopi).

Rapat koordinasi dilaksanakan untuk mempertajam substansi dan memantau progres hasil perancangan Model Pengembangan Klaster Sistem Inovasi oleh setiap lokus berbasis PUD.

Pendekatan Model Klaster Sistem Inovasi dilakukan melalui peningkatan peran perguruan tinggi (university) sebagai salah satu elemen yang mempunyai peran penting dalam pembangunan sumber daya manusia.

Mampu menciptakan invensi dan inovasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah berbasis sumber daya lokal.

Perguruan tinggi dapat menjadi pusat unggulan yang menghasilkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan industri di daerah tempat perguruan tinggi tersebut berada.

Sehingga harapan masyarakat yang menginginkan perguruan tinggi menjadi agent of region economic development dapat terwujud.

Peran pemerintah (government) yang optimal dalam merangsang pertumbuhan investasi bisnis.

Menciptakan iklim usaha yang kondusif, dunia usaha/industri (business) yang mampu menciptakan iklim bisnis yang sehat sesuai etika bisnis.

Sedangkan komunitas (communities) sebagai pihak pemakai barang dan jasa atau output ekonomi lebih menyadari pentingnya memakai produk dalam negeri.

Dirjen Penguatan Inovasi Jumaian Appe dalam sambutannnya mengatakan bahwa, “Model Pengembangan Klaster Sistem Inovasi Berbasis PUD ini adalah upaya mendorong kolaborasi dan sinergi peran serta fungsi para aktor inovasi di daerah

Aktor itu dikenal sebagai ABGC (Academic, Business, Government plus Community), dalam upaya mengembangkan produk unggulan daerah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.”

Dalam keterangannya, Direktur Sistem Inovasi Ophirtus Sumule menjelaskan bahwa, “Model Pengembangan Klaster Sistem Inovasi Berbasis PUD yang dikembangkan oleh Kemenristekdikti ini lebih holistik dan implementatif.

Tidak hanya memetakan peran dan fungsi perguruan tinggi, industri/dunia usaha, pemerintah, dan komunitas (ABGC) sebagai aktor penggerak inovasi.

Tetapi lebih komprehensif mengaktualisasikan komitmen antar ABGC guna terwujudnya ekosistem inovasi di daerah sebagai upaya meningkatkan prekonomian dan daya saing daerah.”

“Ke depan, Model klaster sistem inovasi berbasis PUD ini dapat direplikasi untuk komoditas yang sama di daerah lain.

Pengembangan produknya dilengkapi rancangan model bisnis sesuai dengan analisis rantai nilai (value chain), rantai pasok (supply chain) dan adopsi teknologi dari hulu ke hilir,” demikian Kasubdit Kemitraan Strategis dan Wahana Inovasi, Dr. Kamsol.

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *