Dari Hobi Berjuang Lestarikan Kesenian Jawa

  • Whatsapp

GRESIK, beritalima.com – Campursari salah satu kesenian Jawa yang sangat digandrungi masyarakat negeri ini, selain kesenian ketoprak, wayang orang dan tarian. Sayang, kebudayaan warisan leluhur ini, sangat sedikit orang yang melestarikannya. Terlebih era globalisasi dewasa ini, kebudayaan lokal seperti kesenian Jawa ini nyaris tersisih seiring derasnya pengaruh musik kebarat-baratan yang merambah dikalangan generasi muda dewasa ini.

Beruntung, ditengah tantangan dan kian kompetitifnya berbagai aliran musik modern, ternyata masih ada diantara generasi yang sangat amat peduli dengan kesenian Jawa ini. Bahkan ditengah lahirnya banyaknya aliran seni yang lahir saat ini, wanita satu ini terus berkuang untuk terus mengangkat kesenian campursari yang merupakan budaya masyarakat Jawa yang harus dilestarikan.

Ialah, Diah Ajeng Srikandini, S.Sn. Berawal dari hobinya sebagai sinden dialiran musik campursari, kini telah mendirikan sebuah paguyuban Giri Budaya Gresik dan Campursari Dyn Musica. Paguyuban yang didirikan sejak tahun 2009 silam ini, kini kerap menjadi event organizer dalam setiap pementasan baik untuk campursari maupun ketoprak, wayang orang dan tari.

“Saya awalnya hobi kesenian ini. Karena ini budaya daerah yang harus dilestarikan akhirnya dengan dukungan keluarga saya dirikan paguyuban ini,” kata wanita kelahiran 1975 silam ini, Selasa (29/11/2016).

Paguyuban kesenian Jawa yang dibinanya kini, terus diminta banyak masyarakat untuk tampil disetiap acara. Termasuk pada tanggal 1 Desember 2016 pukul 18.00 nanti diminta mengisi acara kesenian daerah campursari oleh TVRI Surabaya. Terkait keberadaan kesenian daerah yang kini seolah terkikis oleh budaya barat, diakui oleh Diah Ajeng bahwa kesenian daerah seperti campursari, ketoprak, wayang orang atau kulit tidak ada matinya. Kondisi dunia permusikan saat ini campursari, ketoprak masih tren di tengah masyarakat. Bahkan masih memiliki pasar disemua kalangan.

“Campursari ini tidak ancaman. Walaupun aliran musik banyak tumbuh, tapi campursari masih memiliki pasar,” tandasnya.

Darah seni yang mengalir dalam tubuhnya sejak lahir hingga sekarang, kini paguyuban asuhan Diah Ajeng ini sudah memiliki personil 20 orang untuk campursari dan 50 orang untuk kelompok ketoprak. Dan binaannya inipun kerap mengisi acara di luar Gresik, seperti sering pertunjukkan di THR, Surabaya, Gedung Kesenian Surabaya dan beberapa tempat lain. Selain itu, dalam waktu dekat Diah Ajeng dan kelompok musiknya ini juga didaulat untuk mengisi pentas seni di PT. Semen Indonesia. Kalau tak ada aral melintang, pertunjukan itu akan diselenggarakan pertengahan Desember ini.

(Abd)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *