Ibu, Si Pemilik Hati Mulia

  • Whatsapp

Semua orang setuju bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Tetapi, di antaranya pun sepakat bahwa ada manusia yang nyaris sempurna, yaitu seorang Ibu.
Ibu diibaratkan adalah sosok malaikat yang berwujud manusia. Ia tidak memiliki sayap, namun sebagai gantinya, ia dikaruniai hati yang begitu mulia. Kebaikan hati seorang Ibu tidak bisa dilihat, tapi dapat dirasakan oleh buah hatinya.

Bukan hanya tentang material yang Ibu berikan kepada anaknya, tetapi juga hal yang lebih penting dari itu, yakni kasih sayang. Bahkan, ada lagu yang mengatakan, kasih sayang Ibu sepanjang masa. Dimulai dari mengandung, melahirkan, menyusui, merawat, membesarkan, mendidik, dan seterusnya.

Perihal mengandung, tentu bukan hal yang mudah. Ibu harus merelakan waktunya selama sembilan bulan dengan perut yang membuncit. Bahkan, Ibu tidak mengumpat dengan janin yang menyebabkan tubuhnya membesar. Ia justru mengelusnya, membelai dengan penuh kasih sayang. Belum lagi saat fase melahirkan, Ibu mempertaruhkan nyawanya demi bayi yang ada di perut dapat keluar dengan selamat. Ketika tahap menyusui, Ibu rela keheningan tidurnya diganggu oleh suara tangisan buah hatinya yang sedang haus dan lapar.

Kata orang, merawat lebih sulit daripada mendapatkan. Hal tersebut pula yang berlaku terhadap kasih sayang Ibu kepada anaknya. Demi merawat, membesarkan, mendidik, dan menjaga buah hatinya, Ibu bisa menjadi apapun yang ia inginkan. Contohnya, ia bisa menjadi seorang koki andal meskipun tidak memiliki gelar di bidang ilmu pemasakan. Walau tanpa resep, masakan Ibu tetap terasa lezat, sampai-sampai restoran bintang lima pun dibuat kalah. Selain menjadi koki, Ibu juga juara sebagai manajer keuangan. Ia mampu mengatur segala kebutuhan dengan uang yang tidak berlimpah.

Ia juga bisa berubah menjadi dokter sekaligus perawat kala si buah hatinya sedang tidak berstamina. Tak cukup sampai di situ, Ibu juga bisa menjadi pendidik yang baik meskipun ia sendiri bukan orang yang berpendidikan. Ia hanya Ibu yang menjalankan kewajibannya sebagai Ibu Rumah Tangga.

Meski telah dirawat, dibesarkan, dididik, terkadang si anak lupa diri terhadap jasa dan kasih sayang yang Ibu berikan kepadanya. Tak jarang sang anak mengumpat karena kesalahan Ibunya yang hanya sebesar biji jeruk. Tetapi, tidak ada kata dendam di kamus Ibu, ia tetap memberikan kasih sayang yang tulus kepada buah hatinya.

Kasih sayang dari seorang Ibu tentu tidak ada batasnya. Ibaratnya, seperti lingkaran yang tidak penah menemukan titik akhir. Jika kasih sayang bisa berwujud, maka jangan tercengang melihat betapa besar kasih sayang milik Ibu yang ia curahkan kepada buah hatinya.

Pesan penulis kepada Ibu, terima kasih telah mengandung, melahirkan, menyusui, menjaga, mendidik, dan membesarkanku. Sekarung berlian pun belum cukup untuk membalas itu semua. (Maharani Sabillah)

Maharani Putri Sabillah
Mahasiswa
Politeknik Negeri Jakarta dengan Jurusan Jurnalistik

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *