SURABAYA, beritalima.com | KH Masjkur Hasyim, meminta Lia sebagai figur berjuang demi kemaslahatan dalam Pilwali Surabaya.
Pasalnya, kancah politik membuka kesempatan bagi siapa saja. Tak terkecuali Arek Suroboyo Lia Istifhama. Putra KH Masjkur Hasjim tersebut terus mempertajam peluang.
Lia Istifhama tak gentar menahbiskan diri untuk mengabdi melalui lobi-lobi bacawali maupun bacawawali Kota Surabaya.
Tim Sembilan (9) para Kiai siap menjadi benteng kekuatan sekaligus negosiator dalam mempromosikan Lia Istifhama sebagai figur yang pantas diperhitungkan pada Pilkada Surabaya 2020.
KH. Masjkur Hasjim melihat sosok Lia Istifhama dari sisi berbeda. Mantan anggota Fraksi PPP DPRD Jatim tersebut menyampaikan, jika Lia merupakan sosok santun dan pantang mundur.
“Anak muda itu pantang mundur jadi harus terus sampai mentok sampai mana dia berproses,” ucap KH. Masjkur Hasjim, Minggu (23/2)kemarin.
KH. Masjkur Hasjim berharap darah juang itu menurun pada putrinya yang akrab disapa Ning Lia. Namun ia juga berpesan agar Ning Lia tetap istiqomah dan tidak ambisius mengejar jabatan.
“Jika saya sepuluh mungkin dia delapan. Jadi alhamdulillah, Andaikan ada momen sama yang akan datang tinggal dua poin,” jelasnya.
Sepanjang mengawal perjuangan politik putri tercinta, KH. Masjkur Hasjim selalu memberikan petuah jika ikhtiar hukumnya fardhu ‘ain sedangkan kesuksesan itu sunnah dan merupakan hak prerogatif Allah.
“Saya (KH.Masjkur Hasjim) pesan pada Lia bahwa ikhtiar, usaha itu wajib hukumnya soal berhasil/ tidak, itu urusan Allah SWT. Tidak wajib karena itu urusan hak prerogatif Allah,” ungkapnya.
Kendati hasil survei calon walikota belum mendongkrak nama Lia Istifhama, Masjkur Hasjim menegaskan semua kemungkinan adalah mungkin. Semua itu bisa aja terjadi.
“Dan walaupun tampaknya tidak direspon orang banyak umpamanya Kun Fayakun, kalau Allah sudah mentakdirkan jadi ya jadi. Tapi orang kan wajib ikhtiar itu yang saya lihat anak-anak muda semangat sekali,” tegas KH. Masjkur Hasjim.
Dia mengingatkan agar para calon kepala daerah tidak salah pilih pasangan. Apalagi nama yang disodorkan oleh para kiai dan ulama. Sebab jika salah memilih bisa berujung malapetaka.
Diketahui, Tim Sembilan (9) para Kiai melakukan silaturahmi dan safari politik. Partai yang mereka kunjungi pertama kali adalah PKB.
Tim Sembilan (9) terdiri para Kiai, yaitu KH. Abdul Mutholib (ketua), KH Aliman Pengasuh Ponpes Nurul Ulum Sambi Kerep, Habib Hasan, KH. Abdul Aziz Pengasuh Ponpes Sunan Giri, KH. Zainuddin Al Husein, Habib Achmad Zein Al Khaff, KH. Ali Hanafiyah Pengasuh Ponpes Suryalaya, KH. Abdul Hayyie dan KH. Masjkur Hasjim.
“Tim Sembilan (9) mencari keyakinan dan meyakinkan partai atau calon,” kata KH. Masjkur Hasjim.
Selain itu, para kiai membawa agenda politik mengantar Lia Ishtifama menjadi penyambung lidah kiai dan ulama untuk bisa bersinergi dengan calon-calon yang berpotensi menjemput kemenangan dalam Pilwali Surabaya 2020 yang akan datang.
Safari tersebut membawa profil dan program Lia Ishtifama Nawa Tirta serta meyakinkan partai politik jika Lia memiliki jaringan dan kekuatan besar. Sesuai kesepakatan di Hotel Quds Royal Surabaya pada 5 Februari 2020 yang lalu, para kiai mendorong Lia Istifhama untuk mendampingi L-1 (istilah untuk Walikota Surabaya)
“Mungkin ulama-ulama ini juga membantu sepenuhnya. Jadi untuk calon-calon siapapun orangnya ya hati-hati jangan salah pilih pasangan,” ucap KH. Masjkur Hasjim kepada awak media via seluler.
Masih KH.Masjkur, beliau menilai jika Lia Istifhama mendapat respon dari calon walikota yang lain, kans untuk menang makin besar. Karena Lia Istifhama mendapat dukungan dari para kiai pengasuh pondok pesantren yang notabene menjadi panutan umat.
“Kalau kiai diabaikan ya kemudian sangat rugi besar. Kalau milihnya salah ya bisa jadi malapetaka. Saya kira kalau dia direspon oleh calon walikota yang lain saya yakin kans, itu makin besar. Tapi kalau tidak dipilih biar dia tetap berproses,” ungkapnya.
Memang, Pilkada berbeda dengan Pileg. Pada Pilkada masyarakat akan memilih figur bukan memilih partai. Figur tersebut tentu harus sejalan dengan kepentingan masyarakat. Seorang figur dambaan rakyat mengemban amanah besar untuk mengentas serta melayani.
“Kepentingan masyarakat itu kira-kira saya bisa mengentas atau melayani. Melihat pekerjaanya dan melihat orangnya,” tambahnya.
Artinya, lanjut KH. Masjkur Hasjim, figur pemimpin harus mampu mengantisipasi kepentingan masyarakat bukan hanya yang penting hajatnya tercapai.
Oleh sebab itu KH. Masjkur Hasjim tetap mendorong putrinya, Lia Istifhama untuk berjuang demi kemaslahatan. Terus berproses hingga mencapai batas kemampuan.
“Jadi tidak akan sia-sia yang dia kerjakan itu. Jadi minimal delapan poin dia capai ya syukur kalau bisa mencapai seluruhnya. Kan semula belum apa-apa tidak apa-apa. Sampai menjadi apa-apa,” pungkasnya. (Red).