Provokator itu, melihat, bergerak dan mengeksekusi. Tidak selamanya berada di zona nyaman itu baik, apalagi jika zona nyaman itu lebih dekat pada situasi dan kondisi yang diam, tenang dan tidak bergerak.
Tuntutan kebaruan dalam segala lini ditahun milenial menjadi keharusan, termasuk pada bidang pendidikan. Kebaruan pendidikan hanya bisa dicapai dengan perubahan meskipun di dalamnya akan banyak kita temui berbagai kerumitan ( resist of change )
Kepala sekolah adalah guru yang ditugasi memimpin satuan pendidikan ( permendikbud no 19 tahun 2019 pasal 2 ayat 2 huruf b ) dituntut visioner dan powerful dalam menuju kebaruan. Lebih – lebih dengan berubahnya tupoksi kepala sekolah dari amanat permendikbud 28 tahun 2010 yang hanya sebagai tugas tambahan menjadi menejerial , enterpreneur dan supervisor sesuai amanat permendikbud 6 tahun 2018.
Ada 3 entitas atau ekosistem pendidikan yaitu Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah yang harus siap menjadi agen kabaruan atau agen perubahan ( Agent of Change ). Guru, Kepala Sekolah dan pengawas sekolah sebagai pelayan pendidikan harus menghamba pada kepentingan masa depan peserta didik yaitu merubah metal dan karakter siswa. Karena sudah dibuktikan dari berbagai survey bahwa kesuksesan peserta didik 80 prosen ditentukan oleh baiknya mental karakter yang positif bukan sekedar angka pada nilai akademik.
Sedikit mengkonsumsi pernyataan Renald Kasali ” mentalitas Sumber Daya Manusia indonesia tidak cukup mempunyai kemampuan dan keberanian untuk keluar dari zona nyaman “. Tanpa ketrampilan itu mustahil pendidikan di Indonesia bisa bergerak pada zona milenial. Ketiga entitas pendidikan dengan dikomandani dinas pendidikan harus berani ” berdansa ” pada zona yang tidak nyaman.
Prof. Dr. Ibrahim Bafadal mengatakan tidak ada murid yang tidak bisa dididik, tidak ada guru yang tidak bisa mendidik dan tidak ada kepala sekolah yang tidak bisa membuat guru – guru tidak bisa mendidik.
Petuah cerdas dari Sayidina Ali bin Abi Tholib sangat tepat kita pedomani sebagai motivasi ” bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutan yang membuat kita sulit.
Di saat pandemi covid 19 ini sepertinya menjadi waktu yang tepat untuk menjadi Kepla Sekolah ” provokator ” yaitu melihat, bergerak dan mengeksekusi ” dari kebiasaan yang biasa – biasa saja menjadi situasi dan kondisi yang luar biasa. Mengelola sekolah bukan apa adanya dan bukan ada apanya tapi mengelola sekolah harus berubah menjadi apa – apa harus ada.
Saya mengajak para Kepala sekolah ” provokator ” untuk melihat, bergerak dan mengeksekusi sekolah kita masing – masing menuju kebaruan agar pendidikan Banyuwangi semakin harum.
Prof. Dr. H. Muhamad Surya ( saya sering menyebut guru TPG Indonesia, karena beliau adalah aktor di balik suksesnya Tunjungan Profesi Guru ) memotivasi kita semua ” jadilah binatang jalang agar kau bisa terbang tinggi membawa visi dan mengeksekusi misi, jangan menjadi binatang piaraan karena kau akan terpasung dalam sangkar emas stagnasi.
Akhirnya saya sampaikan terima kasih yang sedalam dalamnya kepada Bupati Banyuwangi Bapak Abdullah Azwar Anas atas edukasinya kepada kita semua melalui Anti Mainstrem untuk motivasi ekosistem pendidikan Kabupaten Banyuwangi.
Penulis
Oleh : Sudarman
Kepala SMP Negeri 1 Giri.
Ketua PGRI Kab. Banyuwangi