La Nyalla: Jangan Perkeruh Perseteruan Khofifah Dengan Risma

  • Whatsapp
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) periode 2019 - 2024 La Nyalla Mahmud Mattalitti mengikuti pemungutan suara untuk pemilihan ketua pada sidang paripurna DPD di Komplek Parlemen, Senayan, Selasa (1/10/2019). Senator asal Jawa Timur La Nyalla Mahmud Mattalitti terpilih sebagai Ketua DPD periode 2019-2024 dengan memperoleh 47 suara dalam proses pemungutan suara. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/wpa.

JAKARTA, Beritalima.com– Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti angkat bicara terkait dugaan perseteruan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indarpaeawansa dengan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini.

Senator asal Jawa Timur itu menilai, perbedaan pendapat antara Khofifah dengan Risma adalah hal yang biasa terjadi antar pemimpin atau pejabat.

Meski demikian, LaNyalla tidak menampik adanya persaingan antar kedua pemimpin wanita di Jawa Timur itu. Yang terpenting buat LaNyalla, Khofifah-Risma punya niat yang sama untuk berbuat kebaikan dalam penanganan pandemi Covid-19 di wilayah Jawa Timur.

“Saya pikir itu biasa beda pendapat yang penting bagi saya, beliau-beliau punya niat yang sama untuk kebaikan,” tutur La Nyalla melalui pesan WhatsApp, Kamis (7/5).

Untuk itu, LaNyalla mengimbau masyarakat untuk tidak memperkeruh suasana dan tidak menganggap kejadian itu sebagai persaingan. Sebab, dalam pengambilan kebijakan, tentu perbedaan pandangan pasti saja ada. “Hanya mungkin terlihat seolah-olah ada persaingan antara Gubernur dengan Wali Kota,” kata LaNyalla.

Untuk diketahui, aroma persaingan dan aksi saling sindir antara Khofifah dengan Tri Rismaharini sempat terendus masyarakat. Sepekan terakhir di media sosial Twitter ramai membahas rivalitas kedua pemimpin perempuan ini, terkhusus dalam penanganan wabah Covid-19 di daerah yang dipimpin keduanya itu.

Dari sekian perseteruan itu, terdapat salah kasus yang amat menonjol seolah adanya persaingan popularitas diantara keduanya ketika Risma menempatkan petugas sterilisasi di 19 titik pintu masuk Surabaya. Khofifah diduga menyindir Risma dengan menyebut Pemkot Surabaya menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tanpa melakukan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Khofifah merasa ‘dilangkahi’ Risma. Bahkan Khofifah menganggap hal itu bukan urusan sederhana.

Mendengar sindiran Khofifah, Risma kemudian menarik petugas sterilisasi di 19 pintu masuk Surabaya. Alhasil terjadilah peluang impor wabah dari daerah lain maupun dari luar negeri ke Surabaya. Lucunya, setelah Risma menarik petugas sterilisasi tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Timur bekerja sama dengan Polda justru meniru apa yang sudah dilakukan Pemkot Surabaya yang sebelumnya disindir Khofifah itu.

Belakangan, diketahui Khofifah tak ingin adanya polemik berkepanjangan, Gubernur Jawa Timur itu mengutip salah satu pesan bijak dari Imam Al-Ghazali yang menyebut, tugas pemimpin adalah melindungi nyawa dan jiwa rakyat.

Khofifah menegaskan, dirinya bersama semua perangkat yang ada di Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur bekerja untuk menyelamatkan jiwa rakyat Jawa Timur. “Jadi, saya mohon untuk tidak berpolemik,” kata Khofifah di Gedung Negara Grahadi, akhir pekan lalu. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait