Lia Istifhama Tentang Ketenangannya Jelang Pilwali Surabaya

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com | Di tengah beberapa kompetitornya yang sudah aktif ‘kampanye’, Calon Wali Kota Surabaya Lia Istifhama tetap tenang, tidak banyak aksi. Jangankan ngotot, melihat orang ngotot pun ia tak mau.

“Yang kenal saya pasti tahu, bahwa saya tidak pernah suka dengan orang yang ambisius dan opurtunis. Jadi saya juga gak mau dong punya sifat itu. Maka dari itu, kalau kita sedang proses, kita kembalikan makna proses itu awalnya apa,” ujarnya serius.

Putri almarhum KH Masykur Hasyim yang akrab dipanggil Ning Lia ini menjelaskan itu ketika ditanya kepastian rekom dia untuk maju dalam Pilwali Surabaya pada 9 Desember 2020 mendatang. Aktivis Nahdliyyin dan dosen perguruan tinggi swasta ini menjawab blak-blakan.

“Tujuan saya berproses adalah menjalani yang bersifat natural. Banyak orang yang bertanya mengapa tidak ngotot mendekati elit partai maupun pejabat publik? Saya kalau sudah ditanya itu, selalu jawab simpel. Wes opo jare Gusti Allah SWT,” tuturnya.

“Saya sampaikan bahwa proses ini kan berjalan bukan saya yang bikin skenario, melainkan Allah SWT. Orang kalau punya iman, yah harus itu yang diyakini. Saya gak pernah mengawali dengan koar-koar maju Pilwali lantas dekatin ini itu demi klaim dukungan,” kata Lia.

“Proses seperti itu berawal dari kampanye Pilgub 2018. Ketika saya membangun hubungan dengan relawan Khofifah – Emil, dari situlah mengalir doa dan dukungan dari relawan. Dan Alhamdulillah orang tua saya mensyukuri proses ini. Bagi saya, ini yang paling penting, hubungan sosial di dalam sebuah proses,” lanjutnya.

Lia juga tidak menampik bahwa sebuah rekom harus turun dari tangan partai politik. “Saya paham banget lah soal itu. Tapi saya merasa enjoy seperti ini. Tetap bisa giat sosial bersama relawan, itu sangat utama bagi saya,” tukasnya.

“Persoalan rekom atau menjadi pejabat publik, bagi saya itu sebuah bonus jika sudah garis Allah SWT. Jangan sampai jadi target. Karena kalau meleset, akhirnya sia-sia saja. Relawan paham banget pemikiran saya dan Alhamdulillah mereka menerima,” terangnya.

“Mereka tahu saya gak mau jadi ambisius hanya sebuah jabatan semata yang sifatnya sementara, tapi bagaimana kita ini tetap melekat di masyarakat dalam waktu yang lama. Dicintai, diterima, dipercaya masyarakat, itu paling penting yang harus jadi tujuan kita,” tambahnya.

“Saya yakin, kalau orang mau menang dalam sebuah perhelatan kontestasi politik, yah harus memikirkan bagaimana sih agar bisa menjadi figur yang dibutuhkan masyarakat? Mengakar di hati masyarakat itu penting”, pungkasnya. (Gan)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait