Mengenal Ayah

  • Whatsapp

Oleh : Diani Ratna Utami

beritalima.com | Ia adalah orang yang paling bahagia ketika kita lahir di dunia. Mungkin sikapnya tidak selembut Ibu. Namun, tanpa kita tahu hatinya amatlah lembut. Ia memikul tanggung jawab yang sangat besar tanpa pernah mengeluh sedikit pun.

Perawakannya tinggi, badannya kurus, kulitnya berwarna kuning langsat, serta hidungnya yang mancung. Ia adalah ayahku. Sewaktu kecil, ia merupakan sosok yang selalu aku idam-idamkan untuk menjadi pendamping hidupku kelak. Ia yang selalu membacakan dongeng sebelum aku tidur, ia yang mengajakku berkeliling dengan sepeda motornya, ia yang selalu bermain denganku bahkan sebelum ia berangkat kerja.

Saking dekatnya dengan ayahku, aku selalu menangis ketika melihat dia akan berangkat kerja dan memintanya agar tetap berada dirumah bersamaku. Atau, pada hari-hari tertentu aku akan diajak olehnya ke tempat kerjanya.

Namun, ketika aku beranjak remaja. Pandanganku terhadap Ayah tidaklah lagi sama. Ayah yang dulu aku kenal sebagai sosok yang lembut berubah menjadi pribadi yang keras. Aku merasa bahwa Ayah pada saat itu menjadi pribadi yang suka mengatur, egois, dan terlalu ikut campur dalam masalahku. Walaupun, ketika marah ia tidak membentakku apalagi memukulku. Tapi, dengan lirikan matanya saja sudah membuatku takut setengah mati.

Hal ini membuat hubunganku dengan Ayah menjadi renggang. Terkadang, aku suka membandingkan ayahku dengan Ayah teman-temanku. Ketika aku melihat Ayah mereka bertingkah lucu dan baik. Aku merasa bahwa mereka merupakan golongan orang yang beruntung karena mempunyai Ayah yang mengerti diri mereka. Tidak sepertiku.

Cukup lama aku mengecap Ayah sebagai pribadi yang menyebalkan. Namun, ketika aku beranjak dewasa aku baru tersadar apa arti dibalik sikap Ayah itu. Selama ini, yang ada dipikiranku bahwa Ayah tidak sayang lagi terhadapku. Tetapi, aku salah besar. Ayah hanya ingin melindungiku dengan caranya sendiri. Terlebih aku adalah anak perempuan satu-satunya.

Ayah merupakan orang yang tidak bisa menunjukan rasa sayangnya. Hingga saat ini pun, diumurku yang sudah berkepala dua. Ayah sering diam-diam ke kamarku ketika malam hari. Entah itu untuk mengecek apakah aku sudah tidur atau sekadar mematikan lampu. Dari hal-hal kecil seperti inilah aku menyadari bahwa Ayah lebih menyayangiku lebih dari yang aku tahu.

Setiap Ayah pasti mempunyai caranya tersendiri dalam menyayangi dan mendidik anak-anaknya. Ayahku merupakan versi terbaik dari Ayah yang telah Tuhan berikan padaku. Ia adalah cinta pertamaku meskipun pada saat itu aku belum mengetahui apa arti cinta itu sendiri. Sampai kapan pun dirinya tidak akan pernah bisa terlupakan dan tergantikan oleh siapa pun.

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait