Ompu Sao, Kakek Sebatang Kara di Gubuk Tua Butuh Uluran Tangan

  • Whatsapp

Dompu – Beritalima

Sangat miris rasanya bila melihat kehidupan kakek tua Arsyad alias Ompu Sao (120) yang tinggal di Dusun Madawa Desa Marada Kecamatan Hu’u Dompu.

      Pasalnya, Ompu Sao yang hidup sebatang kara itu tinggal berjarak 2 Km dari perkampungan warga Desa Marada dengan berteduh di atas gubuk tua berukuran 1×2 Meter yang tidak pernah diperhatikan oleh keluarga dan Pemerintah Desa setempat.

     Setiap harinya ia tidur di gubuk butut yang selalu diperbaiki. Saat dinginnya malam datang, tubuh rentanya itu hanya dilindungi oleh terpal plastik penutup gubuk tuanya dengan tikar robek sebagai alas tidur dan peralatan masak seadanya jikalau ada yang dimasak.

      Upaya mempertahankan hidup, Ompu Sao hanya menunggu jatuhnya buah manggis di depan gubuknya untuk dijual dan makan serta menuggu belas kasihan dari pada dermawan yang memberikan makanan walau hanya sesuap.

       “Dia (Ompu Sao) jarang makan, kalaupun ada sehari hanya sekali. Bahkan tidak makan sama sekali, Dia makan ketika ada para dermawan yang membawakan nasi dan beras, itupun kalau ada,” ungkap Hasan (62) salah satu warga yang sering mengunjunginya Kamis (14/07) pagi.

      Kisah pilu kehidupan kakek renta ini mengundang banyak simpati dari sejumlah kalangan masyarakat setelah para pemerhati sosial memperhatikannya.

      Hasan pun berharap akan ada banyak orang yang mau berbagi dengan kakek tersebut dengan cara meluangkan waktunya untuk berkunjung ke Dusun Madawa Desa Marada sebagai tempat kakek tinggal untuk membantu meringankan beban hidup yang ia pikul.

     “Kakek ini hanya menggantungkan kehidupannya pada alam yang sekaligus menjadi rumah bagi dirinya, di usia se-tua ini, si kakek tetap bertahan dengan gubuk tuanya dengan cuaca yang rutin hujan, kakek ini tetap setia berteduh di dalam gubuk 1×2 M itu,” tandasnya.

       Sembari menambahkan, “Kakek ini tidak memiliki anak dan keluarga, istrinya pun telah pergi meninggalkanya (Meninggal) beberapa tahun silam, untuk makannya kami sering membawakanya. Kalau tidak kami bawa dia juga tak makam seharian,” ceritanya.

     Ompu Sao dalam kesehariannya hanya menjaga pohon manggis dan bambu agar tidak diganggu oleh orang lain. Pohon manggis dan bambu dengan kebunnya itu, katanya igin dirinya wariskan kepada keponaanya yang juga tak pernah mengunjunginya.

     “Saya sudah terbiasa hidup seperti ini sejak jaman penjajahan Nipon di Dompu,” tutur Ompu Sao kemarin. (B5-Syukur-Supriyadin-Azwar)

beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *