Pandemi Covid 19 Menciptakan Masyarakat Melek Teknologi

  • Whatsapp


SURABAYA, Beritalima.com | Berbagai keluhan muncul saat pemerintah memberikan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Beskala Besar) karena merebaknya wabah Covid 19 di seluruh dunia. Hal tersebut dilakukan pemerintah guna memutuskan mata rantai persebaran Covid 19.

Dampak dari kebijakan PSBB juga dirasakan di bidang pendidikan. Sekolah diliburkan, namun proses belajar mengajar dilakukan melalui teknologi digital, sehingga “memaksa” para guru, siswa, bahkan orang tua rajin menggunakan gadget dan komputer. Baik PR, Ujian, Ulangan harian, tugas-tugas siswa dilakukan melalui informasi digital di sekolah masing-masing. Kebijakan ini juga diberlakukan untuk santri yang berada di pondok pesantren.

Menanggapi hal tersebut, kepala dinas Pendidikan Provinsi Jatim Dr Ir H Wahid Wahyudi MT mengungkapkan, diliburkannya para siswa ini semata karena pemerintah lebih mengutamakan kesehatan dan keselamatan jiwa itu di atas segala-galanya.

“Oleh karena itu Gubernur Jawa Timur juga sudah berkirim surat pula kepada para bupati, Walikota untuk disampaikan kepada para pengasuh pondok pesantren dalam menyongsong kembalinya santri, pesantren diminta para pengasuh pesantren itu koordinasi dengan pemerintah daerah kabupaten kota setempat, supaya pemerintah kabupaten kota setempat itu bisa ikut memberikan fasilitasi. Dan kalaupun nanti ada daerah-daerah yang sudah masuk zona hijau, itu harus atas persetujuan pemerintah kabupaten kota untuk melaksanakan proses belajar mengajar tatap muka. Karena di kabupaten kota itu semua punya gugus tugas Covid 19 yang memberikan data riil di daerah itu. Itu pun harus secara shift,” terang Wahid.

Menurut Wahid, misalnya masuk pertama 50%, sementara yang 50% ada di rumah tapi sama-sama belajar. Dan 1 kelas itu rata-rata 36 orang, kalau separuh kan berarti 18 orang. 18 orang dalam kelas itu masih bisa dilakukan agar jarak sekitar satu sampai satu setengah meter bisa dilakukan.

“Jadi daerah zona hijau pun masih harus dilakukan pengawasan, apalagi sekarang semua harus waspada. Kemarin saya ketemu dokter Joni sama bu gubernur. bahwa di Jawa Timur belum ada daerah yang hijau. Di Jawa Timur masih di sarankan untuk proses belajar mengajar di rumah. Pengasuh pondok pesantren semua pada menghendaki kembali normal, tetapi kan sekali lagi toh Kita harus menempatkan keselamatan dan kesehatan itu di atas semuanya,” tandas Wahid.

“Tapi kalau menurut saya, dilihat bahwa darurat Covid 19 ini juga membawa hikmah. Hikmah positifnya juga besar. Diantaranya yang pertama, menyadarkan kita bahwa pendidikan itu esensinya adalah belajar. Jadi pendidikan itu esensinya bukan sekolah tapi belajar. Sekolah itu adalah tempat belajar. Jadi karena esensinya belajar, itu boleh di mana saja boleh di sekolah, boleh di rumah, boleh di mushola, boleh di masjid, boleh di Plasa. Apalagi sekarang teknologi digital sudah begini canggihnya,” tutur Wahid.

“Dan hikmah yang kedua adalah, sekarang dunia ini kan masuk di era revolusi industri 4.0 yang basic-nya adalah teknologi digital. Dengan kondisi darurat Covid 19 ini kan memaksa untuk belajar di rumah, belajar jarak jauh. Ini artinya memaksa masyarakat kita untuk masuk di dalam dunia era revolusi industri 4.0 dan banyak sekali yang melaporkan kepada saya, khususnya para guru. Para guru sekarang ini lebih lihai mengoperasikan komputer, lebih tahu aplikasi-aplikasi belajar mengajar di berbagai aplikasi di internet,” ungkap Wahid.

“Yang dulu tidak mengenal aplikasi ruang guru, sekarang semua tahu ruang guru itu apa. Siswanya apalagi lebih canggih- canggih sekarang, termasuk para orang tuanya itu ikut campur di dalamnya, sehingga orang tuanya pun ikut masuk untuk menguasai teknologi digital yang menjadi tranding di era revolusi industri 4.0. Dan hikmahnya itu. Kemudian juga menyadarkan kepada kita, Alquran pun mengatakan peran keluarga itu besar. Dan pendidikan itu ada tiga komponen, rumah, sekolah dan masyarakat. Dengan adanya darurat Covid 19 ini mengajarkan kepada kita betapa pentingnya arti keluarga. Dan sekarang proses belajar mengajar itu dilakukan jarak jauh, dimana siswa berada di tengah-tengah keluarga, dan itu adalah proses pembelajaran yang luar biasa,” kata Wahid.

“Jadi belajar di tengah-tengah keluarga itu adalah bagian dari pembelajaran karakter yang sangat bagus. Dan yang terakhir adalah, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini mengibarkan Merdeka belajar. Ya ini bentuk Merdeka belajar. Merdeka belajar tiap belajar tidak harus dikumpul di sekolah. Belajar boleh di manapun, ini adalah bagian dari merdeka belajar,” pungkasnya.(yul)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait