SURABAYA, beritalima.com | Kerajaan Arab Saudi pada Kamis (5/3/2020) mengumumkan penangguhan ibadah umrah sementara waktu.
Keputusan ini diambil untuk mencegah penyebaran virus corona, terutama di kota dan situs suci umat Islam yang ada di Arab Saudi. Tentu keputusan tersebut ditanggapi beragam oleh banyak pihak di Indonesia. Wajar, mengingat jamaah umroh terbesar adalah dari Indonesia. Menanggapi hal tersebut, apa kata jamaah Umroh yang sudah balik ke Indonesia? Salah satu diantara jamaah yang melaksanakan ibadah umroh sebelum pelarangan tersebut adalah Lia Istifhama, sosok figur Millenial yang ramai dibicarakan orang pada Pilwali Surabaya 2020 ini.
“Kebetulan memang saya umroh tanggal 12 (Feb) lalu dan balik sampai Bandara Juanda tanggal 21 (Feb) siang. Sebenarnya saya umroh tanggal 5 Maret, namun kemudian ada kabar dari Gus Zain Mubina, bahwa ada jadwal umroh yang berbarengan dengan rombongan kiai PBNU, seperti Gus Muwafiq, KH Yahya Cholil Staquf, dan KH. Anwar Mansur. Jadi ada tawaran untuk dimajukan tanggal 12 Februari. Saya mbatin, loh kok mepet? Tapi karena ini soal ibadah dan kebetulan saat itu hari ulang tahun saya, yah sudah saya ambil maju. Itung-itung dapat kesempatan berkah doa dari para kiai”, ujarnya yang ketika umroh bersama suami, kedua anaknya, dan dua relawan. Ketua III STAI Taruna Surabaya yang sekaligus Ketua DPD Perempuan Tani HKTI Jatim tersebut juga menjelaskan pendapatnya mengenai penangguhan umroh.
“Gimana yah, sebenarnya sih bagi saya pribadi. Ini bukan kabar baik, yah. Karena saya sendiri merasakan, lah. Bagaimana psikologis kita yang saat itu bersiap-siap umroh. Kebahagiaan hati jelang umroh itu terasa banget sejak kita memutuskan mencari travel umroh. Jadi bisa kebayang yah, berapa lama rasa senang itu dimiliki oleh seorang jamaah? Cuman yah, namanya kehidupan. Saya sih berpikir positif. Ambil hikmah. Semoga yang saat ini tertunda umrohnya, semoga tetap sabar, sehat, dan kelak bisa ke tanah suci ketika virus Corona sudah tidak lagi dipermasalahkan”, ujarnya. Lia juga menambahkan pengalamannya secara situasi di Arab Saudi ketika umroh.
“Yah, semuanya normal saja sih. Memang ada pemeriksaan di bandara, tapi itu wajar. Yang saya lihat pertama ketika tiba di Jeddah, ada tulisan larangan untuk negara tertentu. Saat itu saya langsung merasa miris, pasti sedih warga negara tersebut. Kemudian, di Mekkah, Madinah, semua normal. Sangat ramai. Memang ada yang pakai masker, tapi tidak ada pikiran suudzon. Semua sikap biasa saja. Ketika thowaf, kedua anak saya didoakan banyak orang, umumnya India dan Turki. Mereka bilang: ‘twin?’ Kembar gitu maksudnya. Terus didoakan barakallah oleh mereka. Kalau ingat yang kayak gitu, rasanya jadi ingin thowaf lagi”, ujarnya.
Lia juga menceritakan pengalamannya sebagai bagian dari negara penyumbang jamaah umroh terbesar.
“Memang iya, disana kita tidak merasa asing. Banyak restoran Indonesia, bahkan uang rupiah pun diterima. Orang Indonesia selalu jadi jujugan para penjual yang menawarkan barang, termasuk para musafir yang berjualan secara keliling. Lucu juga, kadang disebut, ‘bos Hajjah, ini murah’. Yah, apapun dilakukan penjual supaya orang Indonesia mau mampir. Penjual rata-rata suka guyon. Disana banyak juga orang Indonesia jualan berkeliling. Dan dimana pun kita berada, pasti ketemu jamaah Indonesia. ‘memang orang Indonesia sugih’, batin saya saat itu”, ceritanya dengan senyum lepas. Putri KH Masykur Hasyim tersebut juga menyebut harapannya.
“Semoga virus Corona segera selesai agar umroh segera dibuka lagi seperti dulu. Umroh itu memberi berkah bagi banyak orang, bukan hanya jamaah, tapi juga keluarga dan teman dari jamaah yang menunggu doa jamaah ketika pulang umroh, dan pedagang di Arab Saudi jelas mendapatkan berkah atas hadirnya jamaah Indonesia. (red)