AMBON,beritalima.com, – Ditejen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kemkominfo Bekerjasama dengan Bagian Komunikasi Pimpinan dan Protokol Pemkot Ambon menggelar diskusi publik dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional (HPN) 2017 di Ambon, dengan mengangkat tema “Pers Maluku Sebagai Penjaga Perdamaian dan Mendorong Pembangunan”.
Kegiatan ini berlangsung di Swiss- Belhotel Ambon Selasa (7/2) 2017. Dirjen IKP Kemkominfo Rosarita Niken Widiastuti mengatakan, Pers merupakan salah satu pilar dari demokrasi, dan unsur dari demokrasi adalah pers.
Selain pers, yang juga merupakan salah satu pilar demokrasi yaitu media sosial seperti facebook, twiter, istagram, dan bloger. Pers di Indonesia menurutnya merupakan tempat masyarakat untuk menyampaikan aspirasi.
Kebebasan pers di Indonesia, tentunya mendapatkan tempat yang begitu terhormat melalui undang-undang pers. Dia juga mengakui, bahwa pers bebas itu merupakan perwujudan dari kedaulatan rakyat. Dan media khususnya media mainstream saat ini masih mendapatkan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat.
“kemarin siang saya membaca Laporan harian Kompas (media mainstream) menjadi rujukan di tengah-tengah masyarakat sekarang ini, membanjirnya informasi-informasi yang lebih banyak informasi negatif melalui media sosial seperti adanya ujaran kebencian adanya pemalsuan data data kemudian juga berita-berita bohong atau dapat dikatakan merupakan Hoax, maka pers ataupun media mainstream ini menjadi media yang tentunya kami harapkan menjadi teks chatting atau menjadi tempat rujukan clean house bagi masyarakat yang ingin mendapatkan informasi yang benar,”Kata Niken.
Dijelaakan juga, Fungsi pers selain untuk memberikan informasi kepada masyarakat atau publik juga memberikan pendidikan, memberikan pencerahan kepada masyarakat.
Ditambahkan, khusus untuk tema yang diangkat pada kegiatan tersebut, keberadaan pers untuk menjaga perdamaian, ketika ada informasi-informasi yang menyesatkan dapat ditengarai oleh pers sebagai bagian dari fungsi mereka (pers-red).
Dicontohkan, dengan adanya informasi melalui media sosial seperti kasus di Tanjung Balai yang salahnya ada informasi yang sesungguhnya informasi ini hanyalah keisengan belaka, dan yang menyebarkan informasi itu adalah bentuk tindakan provokatif yang berujung konflik.
“Dampak dari informasi yang menyebar atau Menyerap isu, kemudian terjadi konflik Sosial yang luar biasa di Tanjung Balai bahkan ada 7 rumah Ibadah Agama Buddha terbakar hanya karena iseng,”Tambah Niken
Untuk diketahui pada kegiatan itu
Penyelenggara menghadirkan empat orang narasumber handal dari kalangan jurnalis. Masing-masing dari mereka yakni, Nukman Luthfie pemerhati media, Wina Armada Sukardi Sekretaris Dewan Kehormatan PWI Pusat, Noeh Hatumena Sekretaris Dewan Penasehat PWI Pusat, Nico Wattimena Anggota Dewan Penasehat PWI. Dan dipandu oleh Ismail Cawidu sebagai Moderator. (Mukaddar)