Relevan dan Makna Hari Kartini Pada Era Pandemi Covid-19 Bagi Perempuan Minang

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Peran penting perempuan bagi yang merayakan Hari Kartini pada era pandemi Covid-19 di tengah keluarga dan masyarakat adalah bersyukur kepada Allah SWT karena kemuliaan yang diberikan Nya. Itu terbukti dari Alquran yang menyebut perempuan dengan Annisa’ atau Ummahat. Maknanyal sama dengan ibu, atau “Ikutan Bagi Umat” dan tiang suatu negeri.

“Masyarakat yang baik lahir dari Ibu yang baik. “Ibu (an-Nisa’) adalah tiang negeri” (al Hadist). Jika kaum perempuan dalam suatu negeri berbudi pekerti baik (shalihah), niscaya akan sejahtera negeri itu,” kata Wakil rakyat dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI, Hj Nevi Zuarina dalam keterangan tertulis yang diterima awak media, Selasa (20/4).

Anggota Komisi VI DPR RI ini melihat relevansinya dengan makna Hari Kartini di era pandemi ini adalah bagaimana setiap perempuan Indonesia, harus dapat menyelami sejarah kehidupan Ibu Kartini yang bisa menjadi tauladan bagi kaum perempuan Indonesia.

Ditambahkan, salah satu karakter Kartini adalah ketekunannya dalam melakukan perubahan. Para perempuan dengan konsep sisterhood, saling bekerjasama, juga dapat melakukan banyak hal positif untuk mengatasi pandemi ini.

Modalitas sisterhood, bekerja dengan hati serta profesional, sebagaimana dicontohkan komunitas atau organisasi perempuan yang ada di Nusantara ini akan membantu menghadang Covid-19 secara signifikan.

Ini sejalan dengan teori perbedaan dimana, laki-laki dan perempuan itu mempunyai keunikan sendiri yang saling melengkapi. “Perempuan bekerja dengan hati, mempunyai jiwa keibuan yang selalu ingin melindungi anak, memberikan kehangatan pada anak, dekat dengan alam, kelekatan dalam sisterhood, dan karakter positif lainnya yang berbeda dengan laki-laki,” urai Nevi.

Legislator asal Sumbar ini melanjutkan, dalam Pandangan Syarak (Syariat Agama Islam) disebutkan ad-dunya mata’un, wa khairu mata’iha al mar’ah as-shalihah artinya perhiasan paling indah adalah perempuan saleh (perempuan yang istiqamah pada peran dan konsekwen dengan citra-nya).

“Risalah Agama mengutamakan pendidikan akhlaq. Sebuah bangsa akan tegak dengan kokoh karena etika moral dan akhlaknya. Etika dan moral itu dibentuk budaya dan ajaran agama. Moral anak bangsa yang rusak, membuat bangsa terkoyak,” tegas Nevi.

Aktivis perempuan PKS ini mengatakan, rumah tangga sebagai extended family (inti keluarga besar) dalam budaya Minangkabau menjaga dan mencetak generasi bermoral, dengan filosofi yang jelas, Adat bersendi syarak – syarak bersendi Kitabullah.

Kaum perempuan (bundo kanduang, pemilik suku) berperan mendidik, menjaga nikmat Allah. Kaum lelaki (pemilik nasab), membentuk generasi berdisiplin. Kedua peran ini menjadi satu di dalam tatanan pergaulan masyarakat adat, dengan kekerabatan yang kuat.

Nevi mendalami apa yang menjadi kelebihan sosok Kartini pada zamannya dimana sosoknya telah menginspirasi perempuan Indonesia hingga saat ini diantaranya cara pandang yang jauh ke depan. Kartini bisa menjangkau dunia, dalam belenggu tradisi Jawa yang ketat dan lingkungan sosial, melalui surat-surat yang dia tulis.

“Kita sebagai perempuan masa sekarang bisa memanfaatkan media sosial secara kreatif, misalnya untuk menulis, membuat karya seni, hingga jelajah kuliner. Kartini merupakan panutan setiap perempuan Indonesia dan menginspirasi kita melalui pendekatan cinta kasih, compassion, terhadap kesetaraan dan kemanusiaan,” demikian Hj Nevi Zuairina. (akhir)

 

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait