Tips Menggeluti Fotografi Jurnalistik

  • Whatsapp

Berita lima.com – Fotografi jurnalistik adalah sebuah karya visual jurnalistik yang bertujuan memberikan pesan kepada masyarakat luas dan tetap terikat dalam kode etik jurnalistik. Tidak hanya sekadar memotret semata, melainkan ada etika yang selalu diterapkan, ada batasan-batasan yang harus diperhatikan, dan mengandung pesan dan berita. Paling terpenting, nilai-nilai kejujuran selalu didasarkan pada fakta objektif.

Dalam kehidupan masyarakat sekarang ini, karya foto semakin mudah dan cepat di sebarluaskan ke publik. Meskipun proses kerjanya hampir sama dengan jurnalistik, bahkan terkadang lebih cepat. Namun, Banyak orang yang belum tentu mengetahui mengenai dunia fotografi jurnalistik.

Untuk mengincar suatu bentuk visual atas peristiwa bernilai berita, Walter Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University memperkenalkan teori EDFAT sebagai salah metode pemotretan untuk melatih cara pandang melihat sesuatu dengan detil yang tajam. EDFAT merupakan singkatan dari Entire, Detail, Frame, Angle dan Time. Bagaimana maksudnya?

• Entire
Suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat suatu peristiwa untuk mengincar bagian-bagian untuk dipilih sebagai objek. Memusatkan keseluruhan peristiwa, merekam kesuluruhan objek atau semua elemen ada disebuah frame. Cara ini baik untuk memperkenalkan subjek foto dan lingkungannya kepada pembaca.

• Detail
Tahap ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas sesuatu yang dinilai paling tepat sebagai point of interest. Agar mendapatkan suasana emosional pada saat peristiwa terjadi, bergeraklah maju ke arah objek dan ajak subjek untuk berinteraksi, lalu ambilah visual yang tepat sebagai ciri khas dari subjek dan atur komposisi yang bagus.

• Frame
Fase ini mengantar seorang calon foto jurnalis mengenal arti suatu komposisi, pola, tekstur dan bentuk subyek pemotretan dengan akurat. Artistik dalam karya foto semakin penting. Seperti menempatkan posisi subjek foto, penggunaan lensa yang tepat, mengatur jarak pandang dan mengatur sudut pandang dalam pengambilan foto.

• Angle
Dalam tahap ini mengkonsepsikan visual yang diinginkan. Pemahaman komposisi dan pengambilan sudut pandang yang baik dalam suatu peristiwa. Seperti dari atas, sejajar, dari bawah, dan sebagainya.

• Time
Ambil gambar dengan cepat namun tepat, karena setiap peristiwa belum tentu terulang kembali, bahkan kemungkinannya sangat kecil jika peristiwa tersebut terulang kembali. Peka terhadap peristiwa disekitar, apakah akan menjadi momentum yang baik atau tidak. Pasti ada kemungkinan besar banyak peristiwa penting terjadi bersama disekitarmu, tangkap persitiwa terpenting dengan rasa kepekaan bercampur artistik sebuah karya visual masing-masing.

Tidak cukup dengan berbekal teori EDFAT yang menjadi dasar untuk mengenal fotografi jurnalistik, keahlian dalam praktek di lapangan juga diperlukan. Berikut adalah tips-tips mudah untuk mengasah keahlian untuk menggeluti memotret jurnalistik.

1. Latihan
Tentu keahlian tidak bisa datang begitu saja tanpa usaha dan tekad yang kuat. Semakin sering latihan memotret di lapangan, semakin sering juga kemampuan dalam memotret terasah dengan baik.

“Latihan menguasai kamera dan tahu bagaimana cara memaksimalkan kamera yang kita tahu (kita punya) adalah hal paling penting, daripada menggunakan kamera dengan tekologi terkini namun kurang nyaman menggunakannya”, ujar seorang fotografer Reuters, Damir Sagolj.

2. Disiplin
Seperti yang dikutip dalam buku Jurnalistik Sedetik karya Atok Sugiarto, bagi seorang wartawan foto tak ada alasan untuk mengatakan gagal dalam tugas, kedisiplinannya dapat sama dengan kedisiplinan militer. Masalah bila ada, bukan suatu halangan untuk menghasilkan karya fotoyang baik. Bahkan dalam suatu cuaca yang tidak bersahabatpun ia akan tetap berusaha menghasilkan foto yang terbaik.

Waktu untuk bekerja yang hampir bisa dikatakan 24 jam sehari, sangat mungki menjadikan suatu tingkat kelelahan badan ataupun pikiran yang amat sangat – belum termasuk dikejar ‘deadline’, mungkin juga ditengah belum menuntaskan tugas liputan terdahulu telah datang atau tugas baru yang kesemuanya memerlukan tindakan segera dengan batasan-batasan waktu yang amat ketat. Jangankan tidur untuk makan saja kadang-kadang bisa terlupakan. Bagaimana mungkin tidak diperlukan kedisiplinan tinggi untuk memenuhi semua tuntutan itu?

3. Percaya diri
Untuk menyelami dunia fotografi jurnalistik, tentu harus percaya diri untuk berhadapan dengan kompetitor-kompetitor lain. Semua orang bisa memotret dengan baik tapi belum tentu dapat memotret dengan tepat dengan kaidah-kaidah fotografi jurnalistik.

Membuat foto bercerita tentang sebuah peristiwa, mampu menyampaikan pesan dengan baik kepada pembaca, membuat pembaca melibatkan emosionalnya tentu karya visual yang disajikan harus dilandasi dengan kemampuan dan pengalaman. Tidak usah takut dengan fotografer-fotografer lain dalam bersaing untuk memotret momen, karena rasa percaya diri sekaligus berani untuk mencoba dan tekun akan melahirkan kemampuan yang semakin berkembang.

“Hampir semua orang punya kamera, seharusnya fotografer tidak boleh takut karena ada yang membedakan, yaitu skill”, ujar Arbain Rambey, pewarta foto senior Kompas.

4. Berani tantangan
Dalam prakteknya, seorang jurnalis foto untuk mendapatkan visual berita tentu tidak mudah. Banyak rintangan di jalan yang dapat menghambat di waktu yang tidak diduga. Bukan hanya mengorbankan materi, nyawapun bisa terancam.

“Jika Anda bersemangat tentang foto jurnalistik , jika Anda seorang pencerita visual dan Anda tidak takut untuk menghadapi tantangan, maka jangan berpikir dua kali. Pergi dan kejarlah. Hal ini tidak akan mudah, terutama di dunia digital saat ini, tetapi akan sangat memuaskan”, tutur Mithila Jariwala, seorang jurnalis foto, dalam laman https://snapshot.canon-asia.com

Keahlian memotret jurnalistik bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk anda. Asalkan tertanam niat yang kuat, semangat untuk menekuni, kerja keras dan percaya diri. Penguasaan teori saja tidak cukup, tetapi harus juga menguasai kemampuan memotret dan mengembangkan pengalaman dengan sering terjun ke lapangan mengamati peristiwa.

(Agum Satrio Pribadi/PNJ)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *