Anggota Komisi VI DPR RI Tolak Penutupan 3 PG Di Situbondo

  • Whatsapp

SITUBONDO, beritalima.com – Anggota DPR RI dapil Jatim III (Situbondo, Bondowoso dan Banyuwangi) Ir M Nasim Khan bersama APTR dan karyawan Pabrik gua (PG) serta Serikat Pekerja dihadiri Kadiv & tim SPI PTPN XI & semua GM di Situbondo melakukan kunker reses bersama di 5 PG Situbondo Bondowoso yaitu PG Prajekan Bondowoso, PG Asembagus, PG Wringin anom, PG Olean dan PG Panji Situbondo, yang rencananya akan ditutup oleh pemerintah pusat, mendapat penolakan dari berbagai pihak di Situbondo.

Tak hanya penolakan, perwakilan APTR juga menyerahkan dokumen resolusi petani tebu yang berisi kesanggupan untuk menyediakan pasokan tebu dengan cara memperluas areal tanaman tebu, juga kesanggupan untuk tidak mengirim tebu ke luar daerah,“Sampai kapan pun kami tidak akan tinggal diam, kami akan pertahankan PG-PG yang ada sampai titik darah penghabisan, Pemerintah harus memikirkan masa depan Petani dan pekerja,”Keluh petani dan serikat pekerja di depan Nasim Khan.

Anggota Komisi VI DPR RI tersebut menerangkan, pihaknya telah melakukan dialog langsung dengan pengelola tiga PG yang akan ditutup maupun dengan perwakilan petani. Semua pihak merasa heran dengan keputusan pemerintah, karena alasan yang disampaikan tidak sesuai dengan realita di lapangan.

“Jangan sampai kesalahan lama terulang kembali, seperti saat penutupan PG Deemas besuki dan PG Mangaran Situbondo, karena keputusan tersebut telah sukses menciptakan pengangguran dan memiskinkan ribuan masyarakat, hingga menjadi beban Pemda, serta banyak aset yang terlantar saat ini. Makanya dengan alasan apapun, penutupan tiga PG ini kita tolak, jangan sampai terjadi,”jelas Nasim Khan.

Kesepakatan penutupan atau Regrouping 3 PG BUMN seperti PG Wringinanom, PG Olean dan PG Panji, sudah ditandatangani oleh sejumlah pihak pada 06 Oktober 2016 lalu, hanya tinggal menunggu pelaksanaan pada 2017 nanti sangat membuat resah yang berefek besar, apalagi setelah dipelajari dari tiga PG yang direncakan ditutup ternyata masih produktif dan mampu memberikan keuntungan dari laba kotor. Misalnya saja PG Wringinanom, produksi tebunya pertahun mencapai 1,6 juta kuintal. PG Olean 1,1 hingga 1,2 juta kuintal. Sedangkan produksi gula di PG Panji sebanyak 3 juta kuintal per tahun.

“Artinya jika nanti ditutup, maka kita akan kehilangan kurang lebih 5,7 juta kwintal/tahun, kita juga harus menekan kerugian mengikuti standart biaya sdm krn saat ini sangat besar sampai 50%, Meski demikian, dengan langkah bersama ini kita terus melakukan upaya bagaimana penutupan tidak pernah terjadi & harus mencari solusi bersama,”lanjutnya

Jaminan ketersediaan lahan dan tidak akan mengirimkan tebunya ke luar daerah, harusnya pemerintah bersinergi demi tidak ditutupnya tiga PG di Situbondo, Misalnya dengan melakukan revitalisasi mesin/alat di PG atau membangun pabrik modern, bukan malah diluar Situbondo yang tidak produktif , jangan karena persoalan kepentingan ekonomi tertentu apalagi kepentingan perorangan mengabaikan sosial ekonomi masyarakat.

“Melakukan revitalisasi dan mencari Solusi terbaikdibanding harus menutup PG dengan dampak yang luas seperti penutupan PG Demas tempo dulu, pengembangan produksi gula di Situbondo masih sangat menguntungkan ke depan untuk menunjang kebutuhan Nasional serta program swasembada pangan Indonesia, Apalagi jika petani tebu difasilitnasi kemudahan mengakses kredit usaha tani yang sangat sulit juga hampir tdk ada sama sekali saat ini,”imbuh Nasim.

(**/JOE)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *