Antisipasi Karhutla Terus Berlanjut

  • Whatsapp

JAKARTA, beritalima.com – Kabut asap akibat karhutla (kebakaran hutan dan lahan), Kamis (26/9/2019), kembali menyelimuti Kota Pontianak dan sekitarnya, di Provinsi Kalimantan Barat. Setelah sebelumnya, kabut asap sempat berangsur menghilang karena guyuran hujan.

“Melihat kondisi sekarang ini masih musim kemarau, diharapkan bisa teratasi, hujan merambat dari Sumatera hingga NTB,” ujar Mulyono Prabowo, Deputi Bidang Meteorologi BMKG.

Lebih lanjut, berdasarkan pemantauan Stasiun Meteorologi Kelas I Supadio-Pontianak, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), terpantau ada sebanyak 228 titik panas atau hotspot di empat wilayah di Kalbar. Sedangkan sebelumnya, ada 34 hotspot dengan sebaran terbanyak di Kabupaten Ketapang, sebanyak 24 titik panas. Kemudian di Sintang 10 titik panas, dan kabupaten/kota lainnya tidak ditemukan titik panas.

Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Supadio-Pontianak Erika Mardiyanti dalam siaran persnya di Pontianak menyatakan, jumlah titik panas di Kalbar yang dipantau melalui hasil pengolahan data citra satelit Lapan mulai 25 September 2019 pukul 07.00 WIB hingga 26 September 2019 pukul 07.00 WIB, sebanyak 228 titik panas.

“Titik panas terbanyak di Kabupaten Ketapang, yakni 226 titik panas, kemudian di Sanggau dan Melawi masing-masing satu titik panas. Sementara di Sambas, Mempawah, Sintang, Kapuas Hulu, Bengkayang, Landak, Sekadau, Kayong Utara, Kubu Raya, Kota Pontianak dan Singkawang tidak ditemukan titik panas,” katanya.

Memang, kendati asap sempat menyergap masyarakat dengan level yang serius, digelarnya teknologi modifikasi cuaca (TMC) beberapa hari belakangan telah menyamarkan sapuan kabut di sejumlah daerah, termasuk di enam provinsi dengan tingkat karhutla yang signifikan.

Sebagaimana diketahui, sebelumnya, berdasarkan data Sipongi dengan tajuk”Rekapitulasi Luas Kebakaran Hutan dan Lahan (Ha) Per Provinsi Di Indonesia Tahun 2014-2019″ tampak kebakaran hutan atau lahan pada tahun ini terjadi hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Hanya Jakarta dan Banten yang tidak.

Walau begitu, secara rinci data itu menunjukkan bahwa sejatinya luas areal kebakaran hutan atau lahan yang terjadi pada 2019 mengalami penurunan signifikan dibandingkan pada 2018. Disebutkan, jika pada 2018 kebakaran terjadi di areal seluas total 510.564,21 Ha, maka di 2019 total luas areal terbakar adalah 328.722,00 Ha.

Tapi karhutla 2019 tetap tidak bisa dipandang sebelah mata. Pasalnya luasan areal yang terbakar termasuk tinggi, bahkan hampir dua kali lipat dibandingkan yang terjadi di 2017, yakni seluas 165.482,92 Ha. Bukan hanya itu, kebakaran yang terjadi saat ini juga tersebar di 32 provinsi, sedangkan pada 2017 di 30 provinsi.

Pada kesempatan itu, hadir sebagai narasumber utama dalam diskusi yang bertema “Antisipasi Karhutla Berlanjut”, diantaranya adalah Kepala BNPB Doni Monardo, Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT Yudi Antasena. Plt Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK Raffles Brotestes Panjaitan, Deputi Bidang Meterologi BMKG Mulyono R Prabowo, Deputi Bidang Penelitian dan Pengembangan Haris Gunawan, dan TNI AU.

Hal lain ditambahkan Badan Restorasi Gambut, telah menyiapkan sumur, pompa dan anggaran tapi kebakaran hutan dan laham tidak kunjung padam kendati terjadi overlaping terhadap pemadamam hutan. Sementara Raffles berdasarkan satelit terhadap penanganan kebakaran hutan dan lahan, seluruh instansi kementerian harus turun tangan dan tidak hanya mengandalkan hotspot. ddm

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *