Pertemuan semi-formal ini dihadiri sejumlah pengusaha, baik asing maupun lokal dari Jakarta dan Surabaya. Mereka di antaranya Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Surabaya, Dr Ir Jamhadi MBA, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Surabaya, Eko Agus Supiadi, serta sejumlah tamu penting lain seperti Director of INA, Peter A Halim dan Regional Manager Of Van Oord in Indonesia, Peter van der Hulst.
Ditemui ditempat acara, Sales & Marketing INA, Shinta Halim, menerangkan, tujuan digelarnya event ini untuk memperkuat networking atau jejaring bisnis, dan menjembatani antar pengusaha dari berbagai industri dari Jakarta dan Surabaya.
“Tidak hanya perusahaan besar, tapi perusahaan kecil juga ikut berpartisipasi dalam acara ini, terutama dari pihak Pemerintah di Surabaya termasuk KADIN,” katanya.
Setelah pertemuan ini, kata Shinta, diharapkan ada peluang yang bisa dikerjasamakan. Apalagi Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, terdapat peluang bisnis yang cukup besar.
Namun, peluang tersebut tidak bisa dimanfaatkan oleh investor dari negara-negara Eropa jika tidak ada kerjasama dengan pemerintah untuk mempermudah proses perizinan investasi.
Disinggung kerjasama apa yang bisa diambil, Shinta yang mewakili INA memandang, kerjasama yang cukup potensial dan dilirik investor Eropa ialah di bidang maritim dan logistik.
Di Eropa, beberapa perusahaan yang kuat di bidang logistik ini kebanyakan berasal dari Jerman. Selain di logistik, Jerman juga kuat di bidang industri otomotif. Menurut Shinta, ada lagi perusahaan-perusahaan asal Belanda yang fokus di bidang infrastruktur.
“Sekarang mereka mengerjakan proyek-proyek infrastruktur dan bidang logistik, tidak hanya di Surabaya tapi juga Jakarta,” lanjut Shinta.
Ditemui di acara yang sama, Ketua KADIN Surabaya, Jamhadi, mengaku senang terhadap inisiator acara untuk mempertemukan sejumlah pengusaha ini di Surabaya. Kata Jamhadi, KADIN siap mendukung dan menjembatani investor untuk masuk ke sektor maritim khususnya logistik dan perikanan.
KADIN, kata CEO PT Tata Bumi Raya ini, sudah merancang port intercity, atau pelabuhan yang menghubungkan antarwilayah di Jawa Timur. Keberadaan port intercity ini merupakan solusi distribusi barang dengan cepat dan murah.
Dari pandangan Jamhadi yang juga tim ahli KADIN Jatim ini, beberapa pelabuhan daerah yang berpotensi dioptimalkan ialah Probolinggo, Pasuruan, hingga Banyuwangi. Beberapa pelabuhan daerah di Jatim layak dijadikan port intercity.
Lebih lanjut Jamhadi menerangkan, ada 47 negara yang berbisnis di Jatim, dan di Surabaya ada 19 negara dari 196 negara di dunia. Jatim masih menjadi tujuan investasi utama karena ICOR (Incremental Capital Output Ratio) hanya 4,91. Artinya, berinvestasi di Jatim jauh lebih murah dan menguntungkan dari Jakarta atau Jawa Barat.
“Juga struktur investasi di Jatim, 55% ialah pengusaha nasional dan 45% berasal dari asing,” pungkasnya.
Director of INA, Peter A Halim, juga menjelaskan, pihaknya beruntung bisa berinvestasi di Jatim. Beberapa sektor lain yang dilirik anggota INA ialah perikanan. Namun, untuk bisa masuk kesitu pihaknya masih menunggu regulasi yang cocok.
“Kami ingin membangun coldstorage untuk penangkapan ikan tuna, lalu dibawa ke negara kami. Cuma sampai saat ini kami masih menunggu regulasi yang sesuai,” jelasnya.
Pada minggu pertama bulan Oktober 2016 nanti, akan hadir perusahaan-perusahaan besar di Surabaya yang fokus terhadap shipbuilding. ”Mereka akan mengadakan pertemuan di Surabaya selama 3 hari, dan di Jakarta selama 2 hari khusus membahas sektor maritime,” pungkasnya. (Ganefo)
Dari kiri : Peter A Halim, Jamhadi, Eko Agus Supiadi, Peter van der Hulst.