Bambang Gatot Djayaprana, Siap Mengabdi Seperti Yang Pernah Diperjuangkan

  • Whatsapp
Bambang Gatot Djayaprana, Caleg DPRD Jatim Dapil V Jember - Lumajang dari Partai Hanura.

SURABAYA, beritalima.com – Berbagai permasalahan sosial di Kabupaten Jember menjadi perhatian Bambang Gatot Djayaprana. Mulai dari kebutuhan pupuk bagi petani hingga aliran listrik PLN yang belum bisa dinikmati seluruh masyarakat.

Memperhatikan kondisi perekonomian masyarakat yang tak juga mengalami peningkatan karena di antaranya faktor-faktor itu, mantan anggota DPRD Jatim tahun 2009-2014 ini merasa terpanggil kembali untuk menuju ke gedung dewan di Jalan Indrapura Surabaya.

Djaya – demikian dia akrab dipanggil, kembali ikut sebagai Caleg DPRD Provinsi Jawa Timur melalui Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Dapil V Jember – Lumajang. Wakil Ketua DPD Partai Hanura Jatim berada di nomor urut 2.

“Ketika jadi anggota DPRD Jatim dulu, perhatian saya banyak terfokus ke pondok-pondok pesantren dan petani. Alhamdulillah…sejak itu banyak pondok pesantren yang mengalami kemajuan, baik kuantitas maupun kualitas santrinya,” ujar mantan politisi Partai Gerindra ini.

Bagi Djaya, menjadi anggota dewan tidak cukup memperjuangkan perbaikan masyarakat melalui pembuatan peraturan daerah maupun penekanan terhadap pemerintah, tapi juga merupakan kesempatan untuk beramal dengan langkah-langkah nyata berupa pemberian bantuan.

Kala itu, Sarjana Sospol UWK Surabaya ini banyak membantu pembenahan infrastruktur dan penambahan ruang ratusan ponpes di wilayah Jember. Sedangkan pada petani, dia banyak membantu pengadaan pupuk maupun pencerahan agar harga hasil petani tidak jatuh saat musim panen.

Akan tetapi, setelah satu periode rehat sebagai anggota dewan, dia melihat beragam ketimpangan masih saja diialami petani. Menurutnya, ini karena minimnya koordinasi pemerintah daerah dengan kalangan petani. Padahal mayoritas penduduk Jember adalah petani.

“Karena rendahnya koodinasi itu dampaknya seperti yang terjadi sekarang, harga cabai anjlok karena over suplai,” ujar putra asli kelahiran Ambulu ini, sembari menambahkan kalau saat itu ia juga banyak membantu pengadaan sumur di sawah-sawah petani.

Fakta turunnya harga komoditas hasil pertanian tiap kali tiba musim panen di wilayah Jember dan Lumajang, kata dia, selalu terjadi setiap tahun. Tapi masalah ini seolah menjadi masalah yang tak kunjung bisa dipecahkan.

Untuk itu, Djaya berharap ke depan para petani lebih memprioritaskan tanaman jagung. “Kebutuhan jagung selalu besar sepanjang tahun. Hasil budidaya komoditas ini juga bisa disimpan kalau harganya belum sesuai harapan,” ujar bapak 3 anak yang juga jadi petani jagung ini.

Hal lain yang menjadi perhatian Djaya, yakni adanya Perpres Nomor 86 Tahun 2018 tentang reforma agraria. Djaya khawatir kebijakan terkait redistribusi asset itu berpotensi diselewengkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Kebijakan baru tersebut, ungkapnya, di Jember dan Lumajang berpotensi disalahgunakan. “Wilayah kami banyak lahan tak bertuan di area hutan milik Perhutani dan PTPN,” ujarnya.

Dia menjelaskan, saat ini Badan Pertanahan Nasional (BPN) memang sudah melakukan sosialisasi terkait program pengalihan status tanah tak bertuan kepada petani. Namun, keterbatasan wawasan petani dikhawatirkan bakal dimanfaatkan oknum tertentu untuk mengambil untung.

Selama ini lahan tak bertuan itu memang sudah banyak digarap para petani. Tapi mereka belum memiliki kepastian soal status lahan yang menjadi andalan pendapatan keluarganya tersebut.

Pihaknya berharap, para buruh tani yang mayoritas masih lugu itu mendapatkan hak sebagaimana seharusnya. “Saya paham bagaimana nasib petani dan merasa perlu ikut mengawasi, karena saya juga berlatar belakang petani,” tandas Djaya.

Satu hal lagi yang menjadi perhatian Djaya, di Jember masih banyak penduduk yang belum bisa menikmati aliran listrik PLN.

“Ini sangat memprihatinkan, meski sudah 73 tahun merdeka, tapi masih ada penduduk di Pulau Jawa yang belum bisa menikmati listrik PLN,” ucapnya.

Disebutkan, wilayah yang belum terjamah PLN itu di antaranya di kawasan Blater, Jember. Selama ini, tutur Djaya, ratusan KK penduduk wilayah itu mendapat penerangan dari genset dan hanya di malam hari, mulai menjelang Magrib sampai Subuh.

“Bagaimana perekonomian bisa meningkat kalau listrik saja tidak ada,” ujar Djaya saat ditemui beritalima.com di Sekretariat DPD Partai Hanura Jatim, di Jalan Citandui, Surabaya, Senini (8/10/2018) sore. Dia menambahkan, siap memperjuangkan hak-hak rakyat tersebut jika terpilih sebagai anggota dewan. (Ganefo)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *