Budidaya Cabe Katokon Menuju Organik

  • Whatsapp

Ditulis Wartawan Berita Lima : Gede Siwa

Semenjak pensiun selaku Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Tana Toraja, Ir. Sudirman, M.P, mantan pegawai penyuluh pertanian di Tana Toraja itu, semakin memantapkan hobinya soal bercocok tanam.

Dengan menyewa lahan yang digarapnya untuk ditanami hortikultura khusus cabe Katokon seluas 1.000 meter persegi di belakang rumah mereka.

Sudirman mencoba mengembangkan tanaman cabe Katokon tanpa menggunakan pupuk kimia. Menurut mereka, budidaya tanaman hortikultura tanpa pupuk kimia nilai jualnya menjanjikan untuk menopang ekonomi petani.

Dengan memanfaatkan jerami sisa panen warga, mereka mengembangkan tanaman cabe tanpa menggunakan Musa Plastik Hitam Perak (MPHP) yang menggunakan zat kimia.

Sudirman, budidaya cabe Katokon warga Lembang Salaso Kecamatan Rantepao, Kabupaten Toraja Utara, merupakan peraih Perhargaan Penyuluh Terbaik dari tahun 1984 hingga tahun 1986 tingkat Provinsi Sul-Sel dan peraih Penyuluhan terbaik tingkat Nasional pada tahun 1988 kemaren.

Ketertarikannya, budidaya tanaman cabe Katokon tanpa pupuk kimia, memiliki nilai jual cukup tinggi, soal pemasaran hortikultura organik lebih diminati konsumen walaupun harganya sedikit cukup mahal dibandingkan tanaman cabe yang menggunakan pektisida.

Mantan penyuluh terbaik itu, kini telah mendapat Sertifikat Prima 3 dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sul-Sel), artinya, tanaman cabe Katokon yang dikembangkan oleh mereka penggunaan pupuk kimia sudah berkurang melainkan lebih menggunakan kompos serta pektisida alam.

Sudirman menceritakan soal upayanya saat ini membina sedikitnya 9 kelompok tani di Kecamatan Buntao serta Bokin. Pihaknya menyiapkan bibit cabe Katokon serta menampung hasil panen kelompok tani hasil binaan dirinya.

Sementara Sertifikat Prima Tiga yang telah mereka ‘kantongi’ akan lebih ditingkatkan menuju Prima dua artinya pupuk kimia dan pektisida sangat berkurang digunakan. Selanjutnya mereka berupaya meraih sertifikat Prima satu tanaman yang dikembangkan sama sekali tidak menggunakan pupuk kimia dan pektisida.

Dari eksperimen yang dilakukan pada tanaman cabe Katokon hasil budidaya mereka nampaknya mulai tumbuh dengan baik. Mereka terus memberikan dorongan pada petani binaannya budidaya tanaman cabe Katokon memiliki nilai ekonomis menjanjikan.

Untuk pemasaran hasil panen petani saat ini mereka mencoba menggandeng carefure sebagai pembeli hasil panen para petani. Harganya juga bersaing dengan pembeli perusahaan yang lain.

Kata dia, sudah cukup banyak yang memesan cabe Katokon, namun hasil panen masih sangat sedikit. Saat ini mereka menampung hasil petani binaan mereka dengan harga antara Rp.20.000 perkilo dan Rp.15.000 jika harga turun dipasaran.(*)

beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *