Faktor Ekonomi, Membuat Anak Menderita Keterbelakangan

  • Whatsapp

beritalima.com – Semua orangtua menginginkan anaknya tumbuh dengan normal karena anak adalah suatu yang berharga yang akan membahagiakan keluarganya kelak nanti. Faktor ekonomi di dalam keluarga selalu menjadi halangan pertumbuhan anak tersebut sehingga membuat anak ini tumbuh dengan keterbelakangan mental. Setiap orangtua memiliki keinginan terbaik untuk anaknya, namun keterbatasan ekonomi menjadi halangan dalam mewujudkan keinginan tersebut.

Janah adalah sosok seorang Ibu yang melahirkan anak-anaknya dengan normal. Dia memiliki tiga anak, akan tetapi, anak kedua yang bernama Dadan tiba-tiba menderita sakit dan mengharuskan anaknya ini dibawa ke dokter. Namun, karena keterbatasan ekonomi, dia tidak membawanya pergi ke rumah sakit. Tak butuh waktu lama, ada saudaranya yang menginginkan untuk membawa Dadan ke dokter. Setelah dibawa ke rumah sakit, dokter menyarankan agar Dadan dirawat di rumah sakit. Kalau tidak dirawat, anak ini akan mengalami gangguan pada tubuhnya, akan tetapi biayanya tidak ada dan anaknya ini dibawa pulang ke rumah.

Dadan sempat tak sadarkan diri selama dua bulan. Setelah sadar, pertumbuhannya sangat lamban sehingga berpengaruh terhadap fisiknya, seperti kemerahan pada mata, cara berbicara berbeda, tidak bisa diam, dan obsesi berlebihan pada suatu hal. Janah pun tidak bisa menerima setelah tau anaknya mengalami gangguan mental dengan musibah yang ditimpanya.

Semakin tumbuh dewasa, anaknya ini tidak bisa diam. Ia merusak yang ada di dalam rumah seperti perabotan, televisi, meja makan, kursi, dan kaca. Dia pun beranggapan tidak ada rasa keinginan untuk merawat anaknya. Dalam renungan dirinya, dia merasa inilah yang harus diterimannya karena itu adalah kesalahan dirinya. Dia tidak marah ketika anak melakukan perbuatan seperti itu. Dia mencoba menenangkan anaknya ini dengan cara memeluknya dengan sepenuh hati dan menyayangi dengan tulus “Saya harus bisa menerima ini dengan sepenuh hati karena ini adalah bukan salah anak saya, tetapi kesalahan saya sendiri,” ujarnya.

Dalam lingkungan masayarakat pun Janah menerima ejekan, hinaan, serta banyak yang mentertawakan anaknya karena memiliki keterbatasan mental dan fisik. Semakin lama, anaknya mecoba untuk keluar dari rumah. Namun, lingkungan luar yang membuat Dadan kaget sehingga membuat masalah dengan memukul orang, mendorong orang, dan menendang apa yang ada di depannya itu. Sontak banyak masyarakat yang tidak bisa menerima kehadiran Dadan karena perbuatannya yang membuat masalah di dalam masyarakat.

Didah adalah tetangga Ibu Janah. Dia juga berpendapat bahwa anak dari ibu janah ini suka membuat masalah dengan mengamuk sendiri, memukul, mendorong, dan merusak barang-barang lainya. Dia menyadari bahwa anak tetangganya ini mempunyai keterbatasan mental fisik .“Saya merasa kasihan dengan anak tetangga saya, saya ingin menolongnya, tetapi saya juga mempuyai masalah kebutuhan ekonomi”. Dia hanya memberikan solusi terhadap anak tetangganya ini, dia pun menyadari kalau dulu dia merasa terganggu karena dia takut dengan anaknya tentangganya itu, akan tetapi dia menyadari sekarang, dia tidak terganggu karena tahu bahwa anak tetangganya itu seperti itu.

Dari kejadian peristiwa itu, Janah pun mendapatkan pertolongan dari tetanggannya yang mengajukan Janah untuk mendatangi kelurahan. Dari kelurahan itulah dia mendapatkan jalan serta biaya pendidikan yang akan menyekolakan anaknya, serta membiyai kehidupanya setelah tahu bapaknya yang meninggalkan keluarga itu terlebih dahulu. Pertumbuhan Dadan semakin membaik setelah ia mencoba berinteraksi di Sekolah Luar Biasa (SLB). Janah selalu mengatarkan anaknya setiap kali pergi ke sekolah, setelah sekolah kemudian dia mendapatkan jalan dari teman sekolahnya itu untuk berobat ke dokter jiwa, setalah berobat anaknya ini mulai tidak membuat masalah lagi karena diberikan obat penenang.

Maka untuk itulah di dalam keluarga pasti menginginkan anak yang tumbuh dengan normal dan tidak mengalami keterbatasan mental fisik namun, keterbatasan ekonomi yang memaksa dia mempunyai kesehatan mental. Kita tidak boleh menyalahkan anak yang mempunyai gangguan mental bahwa sejatinya anak adalah anugrah Tuhan yang harus dirawat dengan benar walaupun anak itu tidak bisa tumbuh normal seperti anak semestinya.

Isal Faisal Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *