Gubernur : Penyebab Longsor Nganjuk Beda dengan Ponorogo

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com – Terjadi bencana longsor di Dusun Dlopo Desa Kepel Kecamatan Ngetos Kabupaten Nganjuk, Minggu (9/4). Gubernur Jatim, Soekarwo menjelaskan penyebab longsor di Ngajuk itu berbeda dengan longsor yang terjadi di Ponorogo.

“Sebetulnya tanaman di atas itu jenis jati, akasia, mangga, dan sengon. Itu sudah bisa menahan supaya tidak longsor. Namun karena tanahnya terlalu subur, akar pohonnya tidak kuat menahan beban air dalam tanah sehingga terjadi longsor. Ini berbeda dengan Ponorogo (lahan lebih gersang),” kata Pakde Karwo, sapaan akrab gubernur usai Rapat Paripurna di gedung DPRD Jatim, Senin (10/4).

Selain kandungan iar tanah yang cukup banyak, lokasi longsor juga memiliki tingkat kemiringan lahan yang cukup curam mencapai 70 derajat. Sedangkan tanaman sekitar sungai semak belukar dan di bawah lokasi longsor banyak pohon cengkeh dan mangga. Untuk lahan yang lebih tinggi terdapat banyak pohon jati sehingga tidak terjadi longsor.

Ia menjelaskan, untuk korban yang dilaporkan Kepala Pelaksanan Harian BPBD (Badan Penaggulangan Bencana Daerah) Jatim, Sudarmawan sebanyak lima orang. “Korban ada satu orang dewasa dan sisanya anak-anak (empat orang) jadi jumlahnya lima,” jelasnya.

Guna memiminalisasi potensi terjadinya longsor, Pakde Karwo juga telah meminta pada BPBD Jatim untuk segera mengundang rapat BPBD kab/kota. “Yang terpenting sekarang harus ada koordinasi dengan BPBD kab/kota tentang bagaimana kader untuk mengawasi bencana ini dengan sistem early warning yang sudah berjalan,” tuturnya.

Seperti dieritakan sebelumnya, Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf memastikan sebanyak lima orang dinyatakan hilang pada peristiwa tanah longsor di Nganjuk. “Kami mendapat kepastian setelah BPBD Jatim melakukan koordinasi bahwa ada lima yang belum ketemu,” ujar Wagub, Senin (10/4) pagi.

Identitas kelimanya adalah Paidi (55) warga Dusun Njati Desa Blongko, dan 4 orang lainnya berasal dari Dusun Sumber Bendo, yaitu Kodri (15), Doni (23), Dwi (17), dan Bayu (14). “Satu korban atas nama Paidi saat tertimbun ada saksi yang melihat, yaitu istrinya sendiri. Sedangkan empat lainnya rata-rata berusia remaja yang saat kejadian kemungkinan sedang berkegiatan di sana,” ucap Gus Ipul, sapaan akrabnya.

Meski jauh dari permukiman dan longsor menutupi sungai, kata dia, maka dikhawatirkan terjadi banjir bandang sehingga sebanyak 70 kepala keluarga diungsikan ke tempat lebih aman. Di lokasi saat ini juga sudah didirikan dapur umum serta tenda kedaruratan untuk memenuhi kebutuhan pengungsi, termasuk bantuan medis dari Dinas Kesehatan Nganjuk.

“Alat berat juga sedang dalam perjalanan dan akan langsung melakukan evakuasi,” kata mantan Menteri Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal tersebut. Sementara itu, Bupati Nganjuk, Taufikkurahman, menunjuk Komandan Kodim 0810 Nganjuk sebagai komandan atau pemegang komando tanggap darurat tanah longsor di kawasan tersebut. (afr)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *