KOPI Cak Efendi: Meraup Simpati Netizen Tanpa Hoax

  • Whatsapp

Assalamualaikum Wr, Wb

beritalima.com – Jaman berubah, karena waktu juga berjalan. Teknologi komunikasi berkembang pesat, seiring perubahan disana-sini. Medsos menjadi liar bila tidak dikontrol, tetapi medsos menjadi sahabat yang baik ketika digunakan secara positif.

Hoax menjadi musuh ketika menyerang kesana kemari. Tembok pembatas UU ITE diterjang tanpa ragu. Tembok roboh dan hoax menyebar secara liar. Ada yang diuntungkan, sudah pasti ada yang dirugikan.

Menghentikan hoax tidak mudah, perlu counter attack, dan counter attack itu adalah “Kebenaran dari Kesalahan”. Meluruskan informasi yang salah, bukan hanya satu dua orang, tetapi ribuan hingga jutaan simpatisan yang rela meluangkan waktunya untuk mencari “Setitik Cahaya Kebenaran Diantara Kegelapan”.

Dari cahaya yang hanya terlihat setitik saja, dari situlah akan dimulai sinar terang yang melenyapkan kegelapan, karena kegelapan akan membuka penglihatan akan suatu kebohongan.

Netizen punya peran dan peran itu vital. Netizen Indonesia dikenal sangat kreatif dan inovatif. Hanya saja, mana yang “Original” dan mana yang hoax, butuh ketelitian. Salah satu ketelitian itu adalah tidak asal-asalan sharing di medsos.

Menggandeng netizen tidak cukup sehari dua hari, bisa sebulan dua bulan, bisa setahun dua tahun. Semua itu tergantung tekad, niat dan itikad. Tanpa hoax sekalipun, netizen bisa digandeng, karena netizen Indonesia adalah sekumpulan orang cerdas yang meluapkan segala apa yang dipikirkannya ke medsos.

Cak Efendi ingin para netizen Indonesia menjauhi segala konten berbau hoax, karena ber-medsos yang sehat tidak perlu hoax. Hoax, menurut Cak Efendi sudah ada sejak dulu, bahkan didunia pewayangan sekalipun, juga ada tokoh-tokoh yang akrab dengan hoax. Hoax lahir karena ada kebencian dan hoax semakin dewasa ketika dibenarkan semua orang.

Di dunia pewayangan, walaupun belum ada medsos, hoax mengakibatkan perang saudara antara Pandawa Cs versus Kurawa Cs. Akibatnya, pertumpahan darah terjadi, walaupun pada akhirnya, Pandawa Cs dinyatakan sebagai pemenang, korban jiwa tidak terhindarkan dari kedua belah pihak.

Di dunia nyata, sama dengan dunia pewayangan, belum ada medsos, tetapi hoax sudah ada. Di film “Hotel Rwanda”, Radio and Television Libre des Mille Collines atau RTLMC menjadi corong penebar hoax yang mengakibatkan perang antar suku, Tutsi dan Hutu. Berbagai versi ada yang menyebut 800.000, bahkan ada yang menyebut lebih dari 1.000.000 jiwa menjadi korban perang antar suku, dalam kurun waktu hanya sekitar 100an hari.

 

Baca Juga : FORM ASPIRASI & DUKUNGAN CALEG DPR-RI JATIM XI (Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep)

Cak Efendi berpesan, kita bebas bermedsos, tetapi semua ada batasnya. Menarik simpati netizen untuk kita gandeng, memang penting, tetapi tidak perlu harus melahirkan hoax. Tanpa hoaxpun, sosok pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, mampu menjadi miliarder dan mencaplok perusahaan-perusahaan lainnya. Ini hanya satu contoh, masih banyak yang lainnya.

Sehubungan kopinya Cak Efendi sudah habis, maka saya tutup tulisan ini, karena Cak Efendi mau ke toko, beli kopi bubuk, bukan sachet. Yang jelas, Cak Efendi tidak mau yang hitam pahit, sudah pasti walau hitam tetap manis.

*Salam People Power dari Cak Efendi untuk Warga Madura*
*Madura Bersatu, Madura Maju*

Wassalamualaikum Wr, Wb

Moch. Efendi, SH
Caleg DPR-RI Dapil Jatim XI yang Meliputi Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep
Dari Partai Perindo Untuk Indonesia Sejahtera

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *