Kordinator Awarde: Berpikir Akademis, Berjiwa Organisatoris

  • Whatsapp

PADANG, beritalima.com- Koordinator Komisariat (Korkom) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Universitas Andalas (Unand), Padang, Sumatra Barat, mengadakan kegiatan forum diskusi bertema “Mempersiapkan Masa Depan Mahasiswa Yang Gemilang Dengan Menyeimbangkan Dunia Akademik dan Organisasi”, Selasa, 17 Desember 2019.

Kegiatan ini dilaksanakan di Coffee Shop Fakultas Pertanian Unand. Acara dengan panitia kader HMI selingkup Unand ini, menghadirkan pemateri Dedet Deperiky, S.P., M.Si. Ia merupakan alumni HMI dari Komisariat Pertanian Unand. Pada saat ini, ia adalah Awardee S3 BUDI LPDP Kementrian Keuangan dan Koordinator (Lurah) Beasiswa Program Doktor BUDI LPDP Universitas Andalas serta sebagai Dosen Manajemen Logistik Industri Agro di Politeknik Negeri ATI Padang (ATIP).

Wahyu Ricar, Ketua Umum Korkom HMI Unand, mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan gambaran kepada mahasiswa yang tergabung dalam organisasi HMI khususnya dan mahasiswa Unand pada umumnya tentang bagaimana cara menyeimbangkan antara dunia akademik dan organisasi.

“Saat ini, banyak mahasiswa yang kita lihat melibatkan diri dalam organisasi. Baik itu organisasi intra kampus maupun ekstra kampus. Namun, tak sedikit juga diantara mereka yang masih mengalami masalah dalam akademik karena kegiatan organisasi yang diikuti. Artinya, mereka belum mampu menyeimbangkan antara akademik dan organisasi. Nah, di forum ini kita harapkan peserta dapat mengambil poin penting dari materi yang disampaikan. Selamat berdiskusi,” kata Wahyu.

Sementara itu, Deded Deperiky, S.P., M.Si, Awardee Beasiswa BUDI LPDP Program Doktor Universitas Andalas selaku pemateri, menyampaikan, seorang mahasiswa harus mampu menyeimbangkan dunia akademik dan organisasinya semasa kuliah. Hal ini dikarenakan dua hal tersebut merupakan komponen penting ketika sudah memasuki dunia kerja.

Lebih lanjut, ia membuat sebuah rumus sederhana untuk mahasiswa. Yakni selalu bertindak sebagai mahasiswa yang berpikir akademis dan berjiwa organisatoris.

“Konsep yang selalu saya pegang ketika kuliah dulu adalah, mengutamakan akademis dan mendahulukan organisasi. Alhamdulillah, saya tamat sesuai waktunya. Jadi, tidak zamannya lagi di era 4.0 ini ikut organisasi membuat orang lama tamat kuliah. Begitu juga sebaliknya, tidak ada lagi cerita bahwa tuntutan jadwal kuliah yang padat dapat menghambat orang untuk berorganisasi. Hal ini hanya tergantung dari mau atau tidaknya kita untuk melaksanakan keduanya dan juga kemampuan manajerial waktu kita,” ujarnya.

Sekarang, lanjutnya, mahasiswa yang dibutuhkan oleh dunia industri adalah mahasiswa yang mempunyai soft skill di bidang organisasi.

“Hasil survey saya dalam seleksi beasiswa LPDP, 80% mahasiswa yang lulus kebanyakan adalah orang-orang yang memiliki IPK tinggi untuk seleksi administrasi dan disamping itu juga memiliki kemampuan bernegosiasi atau teknik lobi yang bagus. Dapat saya pastikan, pasti berbeda antara performance indicator orang yang pernah mengikuti organisasi dan orang yang tidak pernah ikut organisasi dalam menjawab pertanyaan atau bersikap ketika seleksi wawancara,” ungkapnya.

Dikatakannya, standar LPDP sekarang tidak lagi berbicara tentang orang-orang yang pintar menghapal, namun orang yang cerdas dalam menganalisa dan menghubungkan (how to conduct) karena Indonesia sedang menghadapi Era 4.0.

Menurutnya lagi, Indonesia saat ini tidak membutuhkan orang-orang yang pintar dalam menghapal namun orang-orang yang memiliki gagasan yang besar dan analisa yang komprehensif terhadap kontibusi untuk masa depan.

“IPK adalah pertanyaan awal pewawancara ketika kita melamar suatu pekerjaan atau beasiswa. Namun setelah itu, mereka akan bertanya tentang apa kontribusi kita selama kita menjadi mahasiswa. Kemampuan manajarial dalam mengelola personal individu lain yang dilakukan mahasiswa dengan IPK 4 tapi tidak pernah mengikuti organisasi dengan orang yang IPK nya 3.5 dan pernah berorganisasi, pasti berbeda. Di dalam dunia pekerjaan, tidak akan keluar rumus statistik dan tidak akan keluar rumus-rumus kalkulus tapi yang paling penting di dunia kerja adalah bagaimana mengelola orang,” paparnya.

Deded juga berpesan kepada peserta yang hadir agar menyiapkan segala “peluru” yang akan dibutuhkan di masa yang akan datang semasa duduk di bangku kuliah.

Lebih jauh, ia mengatakan, bahwa pertarungan di masa depan akan jauh lebih besar dari pada saat ini.

“Sebentar lagi kita akan memasuki sebuah era yang bernama Era 5.0. Era ini adalah era di mana kegiatan manusia akan digantikan oleh robot. Jepang sudah memasuki era ini. Untuk itu, persiapkanlah diri dari sekarang untuk menghadapi era tersebut. Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, salah satu pertanyaan paling penting pewawancara ketika kita ingin melamar kerja atau beasiswa adalah tentang organisasi kemahasiswaan. Robot tidak bisa ikut organisasi tapi manusia bisa. Maka dari itu, latih dan tempa diri dalam dunia organisasi. Meskipun begitu, jangan juga meninggalkan ranah akademik. Usahakan untuk menyeimbangkan keduanya karena kedua komponen ini sama pentingnya. Seseorang akan menjadi sosok yang luar biasa jika mampu mengkombinasikan dua hal tersebut secara baik, bak mairik banang dalam tapuang. Jika ditarik maka benangnya tak putus dan tepungnya tak berserakan. Itulah ontologi dari kesimbangan antara akademik dan organisasi,” pungkasnya. (Lily).

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *