LaNyalla Apresiasi Ponpes Ar-Rohman Berdayakan Masyarakat Masa Pandemi

  • Whatsapp
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, berbincang dengan pengasuh Pondok Pesantren Ar Rohman Putra, KH. Muhammad Ridho L.C.

JAKARTA, Beritalima.com– Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mengapresiasi upaya Pondok Pesantren (Ponpes) Ar Rohman Putra, Magetan, Jawa Timur meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar pondok selama pandemi Covid-19.

 

Menurut LaNyalla, penanganan dampak pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia harus mendapat dukungan dari semua pihak.

“Apalagi efeknya cukup dalam. Tidak hanya dari sektor kesehatan saja tetapi juga dari sisi ekonomi,” kata LaNyalla saat reses di Magetan, Jawa Timur, Sabtu (31/7).

Diungkapkan, Ponpes di Tegal Rejo, Desa Semen, Nguntoronadi, Magetan itu telah memberdayakan masyarakat sekitar untuk mengembangkan beberapa produk dari Sumber Daya Alam (SDA) Magetan.

Salah satu yang diproduksi adalah black garlic yang banyak dicari konsumen karena bisa menangkal atau mengobati virus Covid-19.

 

“Setelah melihat suasana pondok saat pandemi ini, saya mengapresiasi upaya Ponpes dalam menangani dampak pandemi di lingkungan pondok, termasuk dengan memberdayakan masyarakat sekitar,” ujar LaNyalla.

 

LaNyalla mengatakan, dia siap membantu pengembangan black garlic agar bisa dikerjasamakan dengan Kadin Magetan.

“Ini sangat bagus dan nanti bisa dikembangkan melalui kerja sama dengan Kadin Magetan guna mendukung program ekonomi kerakyatan,” kata dia.

 

Selain itu, Ponpes ini juga telah mendirikan rumah isolasi mandiri untuk mengantisipasi santri yang terpapar Covid-19. Hal ini dilakukan melihat tingginya angka Bed Occupancy Rate (BOR) di hampir seluruh rumah sakit sehingga banyak pasien yang akhirnya ditolak.

 

Pada kesempatan itu, Pengasuh PP Ar-Rohman KH Muhammad Ridho Lc menjelaskan, apa yang telah dilakukan untuk menghadapi dampak yang ditimbulkan Covid-19.
“Karena rumah sakit banyak yang penuh, ya kami mendirikan rumah isolasi agar kalau ada santri yang terpapar bisa dirawat di sini.”

Terkait produksi black garlic, menurut dia, Ponpes telah memproduksi sebelum Covid-19 masuk Indonesia. Tetapi di masa pandemi permintaan terus meningkat terutama dari luar sehingga omzet mengalami kenaikan.

“Alhamdulillah, sebelum Covid-19 kami bisa Istiqomah memproduksi 2 kali. Di masa Covid-19 ini produksi kami terus naik,” ujar Ridho.

 

Dia menjelaskan, untuk bahan baku, menggunakan bawang Lanang lokal yang ia peroleh dari petani di sekitar Ponpes dan petani Sarangan. Harga bahan baku mencapai Rp 120 ribu per kg. Sekali produksi, dibutuhkan bawang Lanang 10 kg.

Untuk biaya pengemasan per 10 kg mencapai Rp 800.000 sehingga total biaya yang dibutukan dalam sekali produksi Rp 2 juta. Dari 10 kg bawang putih itu dikemas menjadi 100 pack dijual Rp 50.000 per pack.
“Dengan biaya produksi Rp 2 juta, omzet bisa mencapai Rp 5 juta.”

 

Hanya saja, ia mengeluh lamanya proses pengurusan perizinan di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Ia mengaku hingga saat ini masih menunggu proses selanjutnya.

“Sebenarnya pada tahapan verifikasi, kita lolos. Sekarang nunggu tahap selanjutnya. Tetapi karena produk kami ini jenis herbal, maka BPPOM tidak bisa mengeluarkan PIRT.”

Selain sulitnya mengurus izin, ia juga berharap mampu meningkatkan sarana produksi karena sejauh ini proses produksi masih tradisional.

“Yang ingin kami kembangkan adalah peralatan atau sarana produksi. Karena kami masih membutuhkan sejumlah peralatan untuk memacu produksi di saat banyak permintaan,” jelas dia. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait