Pengembangan Industri Pengalengan Salak Sekala Rumah Tangga di Trenggalek

  • Whatsapp
Gambar 1: Boyler mesin penghasil panas kapasitas 4 bar.

Oleh: Ir. Aniek Sulestiani, M.Kes

Pengembangan industri pengalengan salak di desa Karangan Kabupaten Trenggalek, merupakan pelaksanaan program Produk Teknologi yang di Desiminasikan kepada Masyarakat (PTDM). Tim Pengabdian Kepada Masyarakat dari Universitas Hang Tuah Surabaya yang mendapatkan tugas dari Kemenristek/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRAIN) pada tahun anggaran 2020 ini adalah mendesiminasikan PTDM ke mitra masyarakatnya di Kabupaten Trenggalek yaitu Kelompok Tani Bina Sejahtera Desa dan UD. Widodo di Karangan Kabupaten Trenggalek.

Tujuan dari diseminasi pemanfatan prototipe mesin pengalengan dengan aplikasi teknologi hermetis ini adalah untuk memberdayakan ekonomi masyarakat pedagang buah, agar mampu membuat pengalengan buah di desa Karangan, Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.

Dengan mendesiminasikan prototipe mesin pengalengan dari hasil dari riset Pengembangan Pengalengan Ikan di Bengkorok Prigi, Kabupaten Trenggalek. Ketua tim PTDM dari Universitas Hang Tuah tersebut, sebagai anggota penelitian, yang telah menghasilkan prototipe mesin pengalengan ikan yang dapat ditransformasikan untuk pengalengan buah di lingkungan daerah tersebut, dimana dari hasil pengamatan dan survei pada masyarakat ternyata di lingkungan Kabupaten Trenggalek daj Jawa Timur Selatan pada umumnya, banyak tumbuh perkebungan rakyat buah salak yang kalah bersaing di pasar dengan salak pondoh dari Jawa Tengah dan Bali. Buah salak yang dihasilkan dari lingkungan daerah Kabupaten Trenggalek dan sekitarnya pada umumnya kurang bagus untuk dapat langsung disajikan di meja sebagai Tabel Fruit yang siap langsung di konsumsi. Sehingga tim PTDM tersebut, kemudian mendesiminasikan Produk Teknologi pengalengan dengan aplikasi teknologi hermetis untuk membuat salak dalam kaleng.

Pola produksi dan perdagangan buah di lingkungan Kabupaten Trenggalek pada umumnya, masih merupakan hasil pertanian langsung untuk kemudian di perdagangkan di pasar. Sehingga memiliki daya tahan kosumsi dalam waktu yang pendek dan jangkuan pasar yang sangat terbatas, dan masih dalam sekala usaha rumah tangga dengan cara produksi pertanian dan perdagangan yang masih tradisional, dengan sistem manajemen usaha yang tradisional pula dengan pengelolaan keuangan seperti mengelola usaha rumah tangga. Dari aspek proses produksi, karena dilakukan dengan cara tradisional, kualitas produksi tidak dapat dijamin baik dari aspek mutu, kandungan gizi serta Higienis hasil produksi buah tersebut.

Untuk itu perlu adanya sentuhan atau trasformasi teknologi baru agar produksi buah tersebut dapat memiliki jangkauan pasar yang lebih luas dengan dikemas dalam kaleng, sehingga bisa masuk ke pasar modern, dan bersaing dengan produksi hasil pangan lainnya, yang sudah berstandar dan bersertifikasi ijin penjualannya dari lembaga resmi pemerintah. Untuk itu diperlukan adanya terobosan baru yaitu dengan adanya diversifikasi pengolahan buah pasca panen dengan dikemas dalam kaleng melalui aplikasi teknologi mesin hermetis yang bisa menghasilkan buah dalam bentuk kaleng yang kehigienisannya lebih terjamin dan masa konsumsinya lebih lama serta bisa dipasarkan diberbagai wilayah.
Untuk dapat menghasilkan kemasan buah salak dalam kaleng yang baik, diperlukan satu set mesin pengalengan yang terdiri dari:
1. Mesin boyler yang fungsinya adalah menghasilkan panas untuk di transformasikan ke alat pemasak berupa auto clave.

Gambar 1: Boyler mesin penghasil panas kapasitas 4 bar.

2. Mesin Auto Clave yang berfungsi untuk memasak buah dalam kaleng dangan aplikasi teknologi hermetis, untuk menghasilkan kemasan buah yang higienis dengan masa simpan yang lebih lama (kurang lebih 1 tahun).

Gambar 2: Mesin Autoclave kapasitas 100 kaleng

3. Mesin duoble seamer semi otomatis, sebagai penutup kaleng yang terjamin kerapatannya untuk menjaga kualitas produk buah dalam kaleng.

Gambar 3: Mesin seamer otomatis, kapasitas 120 kaleng perjam

Guna mendapatkan ijin penjualan berupa sertifikasi ijin edar dari BPOM, tim juga memberikan bimbingan dan konsultasi pengembangan rumah produksi berupa desain lay out proses produk pada rumah produksi yang ditetapkan di tempat mitra UD. Widodo, di Desa Karangan Kabupaten Trenggalek.

Gambar 4: Desain Lay Out Rumah Produksi UD. Widodo di Trenggalek

Melalui program diseminasi produk teknologi tersebut, ketua tim PTDM UHT Surabaya Ir. Aniek Sulestiani, M.Kes berharap pengalengan salak di Desa Karangan Trenggalek ini dapat menjadi solusi pemberdayaan kelompok masyarakat pedagang buah khususnya Kelompok Tani Bina Sejahtera Desa yang bergerak dibidang usaha pertanian dan perdagangan buah di mana salak merupakan salah satu produk unggulan daerah tersebut.

Karena salak yang dikemas dalam kaleng dapat memberikan nilai tambah ekonomis buah salak, masa konsumsi juga menjadi lebih lama sehingga dengan dikemas dalam kaleng jangkauan pemasarannya bisa menjadi lebih jauh dan bahkan berpotensi untuk diekspor sampai ke luar negeri. Selain itu sebagaimana disampaikan oleh anggota tim Dr. Budi Rianto, Drs. M.Si saat dihubungi lewat hpnya 081234554710, mesin pengalengan skala rumah ini cukup murah dan bisa dijangkau UMKM, sehingga desiminasikan Produk Teknologi tersebut dapat dijangkau masyarakat luas.

beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait