Permainan Tradisional Tidak Boleh Dilupakan

  • Whatsapp

BANDA ACEH,Beritalima- Permainan tradisional zaman dulu banyak mengajarkan pendidikan karakter, namun seiring perkembangan zaman, anak-anak zaman now mulai melupakan permainan tradisional, dan lebih asyik dengan gadget maupun permainan modern lainnya.

Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Wali Kota Banda Aceh Zainal Arifin saat membukaworkshop psikologi Bermain Experiental Learning Anak (Berlian) di Aula Gedung Mawardy Nurdin, Sabtu (3/11/2018).

Acara yang digagas oleh Universitas Muhamadiyah (Unmuha) Aceh dan diikuti oleh ratusan peserta yang terdiri dari kaum ibu dan mahasiswi itu menghadirkan pakar permainan anak tradisional Dr Iswinarti MSi Psikolog. Beragam permainan anak tradisional seperti lempar bola, engklek, dan loncat karet pun ditampilkan di sana.

Pemko Banda Aceh, kata Cek Zainal, memberikan kredit khsusus kepada Fakultas Psikologi Unmuha Aceh yang telah berinisiatif melaksanakanworkshop tersebut. Tema yang diusung juga cukup menarik yakni “Membangun Karakter dan Kompetensi Sosial Anak Melalui Penerapan Permainan Tradisional dengan Metode ‘Berlian.

Menurutnya, sebenarnya Aceh kaya dengan jenis permainan tradisional yang ternyata bisa menstimulus perkembangan jiwa anak, bahkan sebagai sarana edukasi. “Tidak perlu peralatan yang canggih dalam memainkannya, tapi cukup menggunakan peralatan sederhana yang mudah didapatkan di sekitar kita, seperti kayu, bambu, batu, tanah, genting, pasir atau peralatan bekas lainnya.

“Sebagai contoh permainan mobil-mobilan dari bambu dan sandal bekas, telepon-teleponan dari kaleng bekas, dan lain-lain. Namun seiring dengan perjalanan waktu, jenis permainan tradisional ini mulai punah dan sudah tidak banyak kita temukan,” katanya.

“Jenis permainan ini bisa menstimulasi perkembangan anak, membantu anak menyesuaikan diri, saling berinteraksi yang positif, kerja sama, membantu anak mengontrol diri, mengembangkan empati, taat pada peraturan, dan menghargai orang lain. “Setidaknya permainan tradisional bisa membantu mengontrol emosi dan kepekaan sosial anak di Aceh,”(A79)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *