PGRI Selalu Sinergis Dengan Kemdikbud, Tapi Tidak Semua Harus Menjawab Iya

  • Whatsapp

JAKARTA, beritalima.com – Kegiatan PGRI di Kepulauan Batam adalah kegiatan rutin tiap tahun, sekaligus memberikan laporan pertanggung jawaban tahunan. Jadi yang dibahas dalam rapat tahunan itu adalah membahas agenda organisasi dan prioritas organisasi yang dilaksanakan dalam satu tahun.

Seperti yang diusung. PGRI, misalnya masalah internal bagaimana memperkuat organisasi. Kalau eksternal bagaimana memperjuangkan nasib guru, bagaimana mengisi kekurangan guru, dan bagaimana meningkatkan SDM profesi guru.

“Kita bekerjasama dengan Kompas ID dan Pustekom Kemdikti. Kompas ID dibutuhkan oleh anak-anak sekolah karena adanya pembelajaran Digital Multimedia. Begitu juga dengan Pustekom Kemdikti, intinya membantu guru bagaimana belajar menulis dan bagaimana guru dan siswa mengakses sumber belajar yang berkualitas,” jelas Unifah Rosyidi, Ketua Umum PB PGRI, kepada beritalima.com, Selasa (6/3/2018) di Kantor PB PGRI, Jalan Tanah Abang III, Jakarta Pusat.

Lebih lanjut dikatakan Unifah terhadap perjuangan PGRI memperjuangkan nasib guru mulai dari Kementerian Pendidikan, Menpan, Mendagri, dan Pemda. Tapi yang diperjuangkan PGRI itu menurutnya adalah mengkritisi kebijakan yang dikeluarkan oleh Kemdikbud.

“Kami(PGRI – red) dengan Kemdikbud sinergis banget, tapi kan bukan berarti sinergi menjawab iya semua. Misalnya ada yang kurang baik seperti ada kekosongan guru tidak diisi-isi. Tapi kita bicara dengan teman wartawan dan dikemas dengan bahasa yang baik,” ujarnya, Selasa (6/3/2018) di kantor PB PGRI, Jakarta Pusat.

Masih diungkapkan Unifah, bahwa mengkritisi itu tidak seharusnya berteriak-teriak dan marah-marah. Misalnya guru kurang, ini harus diangkat. Jadi itu kan kritik, menurutnya suatu kritikan yang membangun. Belum lagi soal data guru, yang kerap dinilai oleh publik saling adu argument. Padahal data guru diperoleh dari data PGRI yang sama dengan data guru yang diperoleh Kemdikbud sebanyak 998 ribu orang itu, Kemen PANRB tetap tidak mau mengakui melainkan masih percaya dengan data yang dimilikinya sendiri sebanyak 600 ribu lebih.

Sementara diungkapkan Unifah terhadap siswa sekolah sekarang ini di era turbulensi, yang merupakan era yang longgar terhadap tata nilai. Karena itu ditegaskan Ketum PB PGRI, terhadap insiden murid dengan guru atau sebaliknya. Ia mengharapkan adanya kerjasama antara orang tua siswa dengan guru, tokoh masyarakat, dan pemerintah.

“Sekarang jamannya era terbuka bisa mengakaes ini itu. Sedangkan gurunya ingin mendisiplinkan nanti gurunya kena hukuman. Solusinya adalah membangun pengertian, misalanya pertama masuk sekolah harus ada perjanjian antara orang tua dengan pihak sekolah, untuk saling menghormati dan bicara bersama. Dan mengedepankan kekeluargaan,” tandasnya. dedy mulyadi

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *